YANGON (Arrahmah.com) – Ratusan orang berbaris di ibukota Myanmar, Yangon, pada Ahad (10/7), menuntut pemerintah untuk menggunakan istilah “Bengali”, istilah yang sangat diskriminatif, kepada sekitar satu juta Muslim Rohingya.
Sebagian besar masyarakat Myanmar menggunakan istilah “Bengali” untuk menggambarkan kelompok minoritas Muslim di negara bagian Rakhine barat, yang menunjukkan bahwa Muslim Rohingya adalah imigran ilegal yang berasal negara tetangga Bangladesh.
Beberapa ratus orang yang berunjuk rasa itu sebagian besar adalah pendukung organisasi nasionalis Budha Ma Ba Tha.
Salah satu penyelenggara aksi unjuk rasa, Win Ko Ko Latt dari Jaringan Nasional Myanmar, mengatakan kepada Anadolu Agency, “Kita tidak ingin ada istilah lain untuk Bengali. Bengali adalah Bengali.”
Selama unjuk rasa itu dia menegaskan bahwa, “Istilah baru itu tidak akan diterima sama sekali.”
Rakhine adalah rumah bagi kelompok Muslim lainnya seperti Kaman yang secara resmi diakui sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis Myanmar. Bagi masyarakat Myanmar, Rohingya tidak termasuk dalam kelompok etnis Myanmar.
Sekitar seratus polisi telah dikerahkan untuk menghentikan demonstran di dekat pagoda Shwedagon, monumen Budha paling suci di Myanmar, tetapi kemudian mempersilakan para demonstsran untuk melanjutkan aksinya setelah demonstran dan polisi adu argumen.
Seorang karyawan di sebuah perusahaan lokal yang turut berunjuk rasa, Thuzar New, mengatakan, “Saya tidak rasis. Saya bukan anti-Muslim. Tapi saya benci Bengali.”
“Orang-orang Bengali ini akan membuat orang Rakhine menghilang,” tambahnya.
Pekan lalu ribuan orang juga berunjuk rasa di ibukota Rakhine dan 17 kota-kota lain di negara bagian. Mereka berunjuk rasa untuk mencela istilah baru untuk entis Muslim Rohingya.
Partai Nasional Arakan, yang memenangkan mayoritas kursi di Rakhine dalam pemilihan umum tahun lalu, menjelaskan bahwa istilah baru itu benar-benar tidak bisa diterima.
“Istilah baru ini akan menghapus asal-usul orang-orang Bengali ini, dan mengarang bahwa orang-orang ini adalah orang asli Rakhine,” katanya, sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu (10/7/2016).
Sejak kemenangan partainya dalam pemilu November tahun lalu, Suu Kyi telah mendapat tekanan dari dunia internasional agar mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh Rohingya, kelompok Muslim minoritas yang teraniaya sebab dituduh akan mencoba memberantas tradisi Budha. (fath/arrahmah.com)