NEW YORK (Arrahmah.id) – Sebuah rumah sakit di kota New York memecat seorang perawat Muslim Amerika keturunan Palestina setelah ia menyebut perang “Israel” di Gaza sebagai genosida dalam sebuah pidato penerimaan penghargaan atas karyanya untuk para ibu yang berduka karena kehilangan anak mereka selama kehamilan dan persalinan.
Seorang juru bicara rumah sakit, NYU Langone Health, mengklaim pada Kamis (30/5/2024) bahwa perawat persalinan dan kelahiran Hesen Jabr sebelumnya telah diperingatkan untuk tidak membawa pandangannya “tentang masalah yang memecah belah dan penuh muatan ini ke tempat kerja.”
Jabr memposting di Instagram bahwa dia dianugerahi penghargaan pada 7 Mei, ketika dia menyampaikan pidatonya, dan menambahkan bahwa dia diberi surat pemutusan hubungan kerja di akhir bulan.
Dalam sebagian pidato penerimaannya, dia berbicara tentang para ibu yang telah kehilangan bayi selama perang di Gaza, dan mengatakan bahwa penghargaan itu “sangat pribadi” baginya, lansir Reuters.
“Saya sedih melihat para wanita dari negara saya mengalami kehilangan yang tak terbayangkan selama genosida di Gaza,” kata Jabr dalam video pidatonya yang ia unggah secara daring.
Juru bicara rumah sakit dalam sebuah email mengatakan bahwa Jabr telah diperingatkan pada bulan Desember, “setelah insiden sebelumnya, untuk tidak membawa pandangannya tentang masalah yang memecah belah dan penuh muatan ini ke tempat kerja.”
“Dia malah memilih untuk tidak mengindahkan hal tersebut pada acara penghargaan karyawan baru-baru ini yang dihadiri secara luas oleh rekan-rekannya, beberapa di antaranya merasa kesal setelah komentarnya,” ujar juru bicara tersebut tanpa memberikan rincian tentang insiden sebelumnya.
“Akibatnya, Jabr tidak lagi menjadi karyawan NYU Langone.”
Serangan “Israel” yang terus berlanjut di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 orang dalam delapan bulan terakhir, kata kementerian kesehatan setempat.
Perang juga telah menyebabkan kelaparan yang meluas di daerah kantong pantai yang sempit itu dan membuat hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta jiwa mengungsi. (haninmazaya/arrahmah.id)