(Arrahmah.com) – Hasil studi yang disampaikan oleh Asosisi Jantung Amerika terkait penurunan tingkat kebugaran anak secara global memicu banyak keprihatinan.
Sebuah analisis studi yang dilakukan pada jutaan anak di seluruh dunia menemukan bahwa anak –anak tidak bisa berlari secepat atau sejauh orang tua mereka saat masih kanak-kanak. Anak-anak tersebut rata-rata membutuhkan waktu 90 detik lebih lama dari pada orang tua mereka untuk bisa berlari sejauh 1,6 kilometer.
Analisis studi yang disampaikan oleh asosiasi jantung Amerika tersebut merupakan studi pertama yang mengungkap adanya penurunan jumlah anak berolahraga di seluruh dunia selama tiga dekade terakhir.
Penurunan Tingkat Kebugaran Anak Secara Global
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 80 persen kaum muda dunia tidak cukup berolahraga. Sementara itu, para ahli kesehatan menganjurkan agar anak-anak yang berusia minimal 6 tahun untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi sebanyak 60 menit setiap seharinya. Sayangnya hal ini hanya dilakukan oleh sepertiga anak-anak di Amerika.
” Banyak sekolah yang karena alasan ekonomi, sama sekali tak memiliki pelajaran olahraga , ” kata Dr. Stephen Daniels, dokter anak di Universitas Colorado.
Sam Kass, pemimpin gerakan”Lets Move” yang digagas oleh istri presiden Amerika Serikat, Michelle Obama, mengatakan “Kita sedang menghadapi generasi anak-anak yang paling tidak suka bergerak dalam sejarah”.
Para peneliti yang dipimpin oleh Grant Tomkinson, ahli olahraga di Universitas South Australia melakukan analisis terhadap 50 studi terkait olahraga lari. Studi tersebut melibatkan 25 juta anak berusia 9 hingga 17 tahun di 28 negara. Studi tersebut dilakukan mulai tahun 1964 sampai tahun 2010.
Dalam studi tersebut diteliti seberapa jauh anak-anak bisa berlari dalam waktu 5 hingga 15 menit serta seberapa cepat mereka bisa berlari pada jarak setengah mil hingga 2 mil. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa tingkat kebugaran anak-anak menurun sekitar 15 persen dibanding tingkat kebugaran orang tua mereka dulu ketika masih kanak-kanak. Dr. Tomkinson mengatakan penurunan ini terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dalam berbagai tingkat usia.
Cina dan Jepang
Dilaporkan penurunan lebih signifikan terjadi di Cina. Data uji kebugaran tahunan di Cina menunjukkan anak-anak di negara itu menjadi makin lambat dan gemuk dalam beberapa dekade. Para ahli dan pendidik mengatakan ada dua hal yang menjadi penyebab penurunan aktivitas berolahraga di Cina.
Pertama adalah obsesi terkait nilai tes akademik untuk seleksi masuk perguruan tinggi di Cina yang begitu kompetitif. Kedua makin bervariasinya perkembangan hiburan yang didesain untuk dilakukan dalam ruangan seperti game dan web surfing.
Sejalan dengan hal tersebut, data Kementerian Pendidikan China tahun 2010 menunjukkan untuk menempuh jarak 1000 meter mahasiswa laki-laki di Cina berlari rata-rata 14 sampai 15 detik lebih lambat jika dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki satu dekade sebelumnya. Sedangkan mahasiswa perempuan dilaporkan berlari lebih lambat sekitar 12 detik untuk menempuh jarak 800 meter.
Berbeda dengan Cina, di Jepang olahraga bertahan cukup konsisten. Motoaki Nito dari Kementerian Pendidikan , Kebudayaan , Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang mengatakan telah terjadi penurunan kebugaran fisik di kalangan pemuda sejak tahun 1980-an
Untuk mengubah hal itu, pemerintah Jepang mendesak sekolah-sekolah dan pemerintah kota untuk melakukan promosi olahraga kebugaran bagi kaum muda. Nito mengatakan promosi ini terbukti berhasil membalikkan trend yang berakibat pada peningkatan fisik kaum muda yang terjadi secara bertahap.
Islam sejak dulu telah menganjurkan agak anak-anak sejak dini diajarkan berolahraga untuk membntuk fisik yang kuat. sebagaimana sabda Rasulullah:
“Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menunggang kuda.”
Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan.” (QS. al-Anfal: 60).
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menafsirkan ayat tersebut:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ أَلا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah, kekuatan itu adalah dengan melempar, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali).” (HR. Muslim).
Ada banyak hadits yang menunjukkan perhatian Islam terhadap berbagai aktivitas olah tubuh. Contohnya seperti ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaring para pemuda yang akan mengikuti peperangan beliau dengan adu kekuatan (gulat).
Semua contoh aktivitas tersebut adalah dalam rangka mempersiapkan dan melatih jasmani kita dan anak-anak kita sejak dini agar senantiasa kuat dan sehat di dalam mengemban tugas-tugas yang Allah Subhanah wa Ta’ala berikan kepada kita. Di dalam buku ‘Nida’ ilal Murabbiyyin’, Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullah ketika mengomentari hadits, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah Subhanah wa Ta’ala cintai daripada mukmin yang lemah”, beliau mengatakan, “Karena mukmin yang kuat jasmaninya akan lebih kuat dan lebih bersemangat di dalam menunaikan ibadah badaniyah seperti shalat, puasa, haji, jihad, dan yang selainnya.”
(Ameera/dbs/arrahmah.com)