Sejumlah praktek kesehatan kuno telah terbukti efektif dalam berbagai cara. Sekarang, para ilmuwan telah menemukan bukti pertama dari intervensi alami yang memicu regenerasi sel batang berbasis organ atau sistem. Studi ini diterbitkan dalam edisi 5 Juni tentang Cell Stem Cell oleh para peneliti dari University of Southern California.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus puasa yang lama bisa melindungi terhadap kerusakan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan regenerasi sistem kekebalan tubuh. Mereka menyimpulkan bahwa berpuasa bisa mengubah sel batang dari keadaan yang tidak aktif ke keadaan pembaruan diri.
Uji klinis pada manusia dilakukan dengan menggunakan pasien yang menerima kemoterapi. Untuk jangka waktu yang lama, pasien yang berpuasa secara signifikan menurunkan jumlah sel darah putih mereka. Pada tikus, siklus puasa “menyalakan saklar regeneratif, mengubah jalur sinyal untuk sel batang hematopoietik, yang bertanggung jawab untuk generasi darah dan sistem kekebalan tubuh.”
“Kami bisa memprediksi bahwa puasa yang lama akan memiliki efek yang luar biasa dalam mempromosikan regenerasi sel induk berbasis sistem heatopoietic. Ketika Anda lapar, sistem mencoba untuk menghemat energi, dan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menghemat energi adalah dengan mendaur ulang banyak sel-sel kekebalan yang tidak diperlukan, terutama yang sel kekebalan yang mungkin rusak. Apa yang kita lihat dari hasil penelitian terhadap manusia dan hewan adalah bahwa jumlah sel darah putih turun dengan puasa yang lama. Kemudian ketika Anda kembali makan, sel-sel darah kembali.” ujar Prof. Valter Longo dari Gerontology and The Biological Sciences di University of Southern California.
Studi tersebut juga menemukan bahwa puasa dapat mengurangi enzim PKA, sebuah efek yang dikenal bisa memperpanjang hidup organisme sederhana, serta kadar hormon IGF-1, yang berkaitan dengan penuaan, perkembangan tumor dan resiko kanker. Bahkan berpuasa selama 72 jam sebelum melakukan kemoterapi akan melindungi pasien dari keracunan.
Dijelaskan oleh Tanya Dorf, asisten profesor di universitas tersebut, selama ini kemoterapi menjadi pengobatan andalan kanker namun metode itu juga bisa menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem kekebalan tubuh. Hasil studi ini menunjukkan bahwa puasa dapat mengurangi efek berbahaya dari kemoterapi.
Beberapa penelitian lain terkait dengan puasa:
1. Puasa membantu melindungi terhadap penyakit otak.
Para peneliti di National Institute on Aging di Baltimore telah menemukan bukti bahwa berpuasa selama satu atau dua hari dalam seminggu dapat mencegah efek dari Alzheimer dan penyakit Parkinson. Penelitian juga menemukan bahwa memotong asupan harian 500 kalori sehari selama dua hari dalam seminggu dapat menunjukkan efek yang jelas bermanfaat bagi otak.
2. Puasa mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes
Secara teratur berpuasa berselang sehari bisa mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes. Studi ini menunjukkan bahwa puasa bisa membantu membakar lemak. Pembakaran lemak dipercaya bisa mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes. Dokter bahkan mulai mempertimbangkan puasa sebagai pengobatan.
3. Puasa efektif mengobati kanker pada sel manusia
Sebuah studi dari jurnal ilmiah tentang sel manusia menemukan bahwa pasien kanker yang melakukan terapi puasa dianggap memiliki lebih sedikit efek samping dari kemoterapi. Semua tes yang dilakukan sejauh ini menunjukkan bahwa puasa meningkatkan kelangsungan hidup, memperlambat pertumbuhan tumor dan membatasi penyebaran tumor. The National Institute on Aging juga telah mempelajari salah satu jenis kanker payudara secara rinci untuk lebih memahami dampak dari puasa untuk mengobati kanker. Sel kanker memberikan respon yang berbeda pada orang yang berpuasa. Sel-sel ini bukannya menjadi tidak aktif atau berhibernasi, justru sel kanker ini kian aktif aktif membelah namun pada akhirnya hancur dengan sendirinya. Peneliti utamanya, dari University of Southern California, Profesor Valter Longo, menyatakan sel-sel tersebut, bisa diistilahkan seperti melakukan bunuh diri. Sel-sel tumor ini berusaha mengompensasikan kekurangan nutrisi yang hilang dalam darah setelah berpuasa. Pembelahan ini dicoba dilakukan untuk menggantikannya, namun ternyata tidak bisa, dan akhirnya sel tersebut malah hancur.
Sumber: www.collective-evolution.com
(ameera/arrahmah.com)