ONTARIO (Arrahmah.com) – Sebuah keluarga Muslim Kanada telah dipermalukan, diambil sidik jarinya, difoto dan diperlakukan seperti penjahat sebelum dilarang untuk masuk ke Amerika Serikat. Tindakan tersebut telah memicu sorotan dunia terhadap kebijakan diskriminatif AS yang melakukan pembatasan terhadap wisatawan Muslim.
“Ini telah beberapa tahun kemudian dan masih sama, kita diperlakukan seperti penjahat,” Mehdiya Hudda, (22), yang keluarganya dilarang memasuki Amerika Serikat, mengatakan kepada The Record, Sabtu (17/5/2014).
“Setelah bertahun-tahun, mereka tidak mengalami perubahan. Hal ini mengganggu pikiran saya.”
“Ini tidak dibenarkan. Rasanya seperti kami ini tidak punya hak, kami berada di garis antara AS dan Kanada,” tambah Hudda.
Bagi Muslim Kanada tersebut, melakukan perjalanan dengan bebas telah berubah menjadi mimpi buruk setelah dia dan ibunya dicegat dan ditahan selama sekitar enam jam di perbatasan AS hanya untuk bisa dipaksa kembali ke Kanada pada malam yang sama.
Seiring dengan penahanan tersebut, barang-barang keluarga Muslim itu termasuk tas, dompet dan ponsel digeledah. Mereka juga diambil sidik jarinya dan difoto.
Hudda dan ibunya yang merupakan warga asli Kanada telah tinggal di Kitchener selama 25 tahun, dan mereka membantah memiliki catatan kriminal.
“Tak satu pun dari kami memiliki catatan kriminal atau sesuatu yang semacamnya,” kata Hudda.
“Mereka mengeledah mobil kami. Semuanya berantakan. Ada kertas di mana-mana. Mereka menggeledah dompet kami, telepon kami.“
Setelah berjam-jam ditahan, keluarga Muslim Kanada tersebut tidak diberikan alasan mengapa mereka ditahan dan dilarang untuk melakukan perjalanan.
“Kamu harus diberikan kami alasan. Harus ada alasan konkret,” tegas Hudda.
Pihak bea cukai dan agen perbatasan memberitahukan kepada Hudda bahwa mereka harus menghubungi konsulat AS di Toronto untuk menanyakan tentang alasan mengapa mereka dilarang masuk ke AS.
Namun, Kata Hudda, pihak konsulat AS mengatakan kepadanya bahwa konsulat tidak memiliki informasi mengenai mengapa dia ditolak masuk.
Ditahan selama berjam-jam, keluarga Muslim itu mengeluh bawa mereka telah dipermalukan. Mereka diperiksa di depan umum dengan ratusan orang yang menatap mereka.
“Kami harus berjalan di depan semua mobil dalam antrean, mungkin ratusan orang itu berpikir, ‘Oh, mereka pasti telah melakukan sesuatu,” kata Hudda.
“Itu benar-benar membuat kami malu,”
Pengalaman buruk di perbatasan AS bukanlah yang pertama bagi Hudda.
Pada tahun 2003, ia telah berjanji tidak akan mencoba untuk mengunjungi AS lagi setelah keluarganya dilarang memasuki negara itu untuk menghadiri konferensi Islam di Washington, DC.
Hudda yakin bahwa mereka mungkin telah dilarang memasuki AS karena ayahnya, Shafiq Hudda, merupakan imam di Layanan Kemanusiaan Islam, sebuah badan amal resmi yang berbasis di Kitchener yang mengelola sebuah pusat komunitas Muslim dan Rumah Singgah.
Dia telah dilarang memasuki Amerika Serikat sejak tahun 2003.
Menolak untuk mengomentari insiden tersebut, juru bicara Bea Cukai AS Richard Misztal mengatakan dia tidak bisa mengomentari secara spesifik mengenai hal tersebut, tetapi ia mengatakan bahwa siapa pun yang berharap untuk masuk ke Amerika Serikat wajib untuk memberikan pembuktian untuk membuktikan bahwa mereka dengan jelas memenuhi syarat untuk masuk Amerika Serikat.
Keluarga Hudda bukanlah Muslim pertama yang menjadi sasaran ditahan dan dilarang melakukan perjalanan tanpa alasan yang jelas di perbatasan AS.
Februari lalu, seorang Muslim yang merupakan veteran Angkatan Udara AS mengeluh karena telah dilarang meninggalkan negara itu untuk merawat ibunya yang sakit parah.
Pada Mei 2012, lima belas Muslim Amerika, termasuk empat veteran militer, menggugat pemerintah federal atas dimasukkannya nama mereka dalam daftar “larangan terbang” tanpa alasan yang jelas.
Sebelumnya pada tahun 2011, keluarga Muslim Amerika diusir dari penerbangan JetBlue karena anaknya yang baru berusia 18–bulan ditandai sebagai “yang dilarang terbang”.
Pada tahun 2009, sembilan anggota keluarga Muslim telah dihapus dari penerbangan AirTran Airways domestik ke Orlando, Florida.
(ameera/arrahmah.com)