(Arrahmah.com) – Salah seorang murid Syaikh Abu Qatadah Al-Filisthini, Ismail Kallam, atau yang juga dikenal sebagai Abu Mahmoud Al-Filisthini telah menulis sebuah jawaban tajam untuk pencemaran nama baik yang dilakukan terhadap Syaikh Abu Qatadah yang diterbitkan dalam sebuah surat kabar.
Surat kabar itu telah menarik kembali fitnah yang mereka sebarkan, namun sejumlah pihak yang memiliki penyakit dalam hatinya masih kerap menyebarkan komentar yang tidak benar dan mereka melakukan hal ini sebagai penentangan mereka kepada Syaikh Abu Qatadah. Berikut ini merupakan terjemahan tulisan lengkap Abu Mahmoud tersebut yang dirilis oleh Muwahideen Media pada Jum’at (21/11/2014).
Sebuah jawaban tajam untuk pencemaran nama baik yang dilakukan terhadap Syaikh Abu Qatadah
Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah.
Seorang jurnalis bernama Ali Younis mempublikasikan sebuah artikel di Arab Daily News, mengklaim bahwa dia telah melakukan sebuah wawancara eksklusif dengan Syaikh. Beberapa poin yang disebutkan dalam artikel ini memang merupakan hal yang kita ketahui sebagai pandangan Syaikh. Siapapun yang telah membaca salah satu bukunya akan tahu bahwa Syaikh memang benar-benar memiliki pandangan-pandangan ini. Namun ada klaim lain dalam artikel ini yang berkaitan dengan sebuah kritik terhadap Syaikh Usamah bin Ladin, yang menyebutkan bahwa ia tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk memimpin, dari sudut pandang ideologis dan manhaj.
Setelah melihat seluruh artikel ini meski dengan kekasaran dan kedangkalan materinya, saya merasa bahwa itu mengandung kebenaran yang berkaitan dengan keyakinan Syaikh. Itu sampai kami mendapati klaim tentang pandangan dan sikapnya terhadap Syaikh Usamah. Perlu disebutkan bahwa sebagai seorang pemuda, ketika pertama kali mulai mempelajari dien ini, salah satu kata pertama yang saya dengar tentang Syaikh Usamah dari Syaikh Abu Qatadah adalah kata-kata pujian untuk Syaikh Usamah, kata-kata yang membuat air mata saya menetes.
Mengetahui hal ini, saya tahu bahwa artikel ini mengandung sebuah kebohongan. Saya menyampaikan sebuah komentar singkat tentang publikasi ini dan menunggu Syaikh saya tercinta untuk membalas keraguan dan pertanyaan-pertanyaan saya yang berkaitan dengan artikel ini. Atas rahmat [Allah], Syaikh saya membaca apa yang saya tulis dan mengoreksi kesalahan saya serta menjelaskan apa yang membingungkan saya. Oleh karena itu menjadi jelas bagi saya bahwa jurnalis ini sesekali tidak memahami Syaikh dan sesekali berbohong serta memalsukan kata-katanya.
Berikut ini adalah apa yang Syaikh katakan tentang kata-kata yang dikaitkan dengannya. Menyanggah fitnah dan kebohongan yang dilakukan terhadap dirinya dan membuat jelas posisi Syaikh sebenarnya yang berkaitan dengan hal ini.
Syaikh kami Abu Qatadah mengatakan:
“Saudara saya tercinta, saya berterima kasih atas kesadaran dan pemahaman Anda mengenai kata-kata yang ditulis dalam artikel ini. Satu-satunya pemalsuan dan kebohongan yang jurnalis ini buat ialah berkaitan dengan kata-katanya tentang Abu Abdullah (Usamah Bin Ladin) rahimahullah. Apa yang telah saya katakan ialah bahwa saya menolak untuk berbaiat dengan dia sebelum peristiwa September. Setelah apa yang terjadi pada [peristiwa] September, semuanya berubah. Juga sebelum [peristiwa] September banyak kelompok yaitu Syaikh Zarqawi dan Syaikh Abu Iyaadh dan saudara-saudara dari Aljazair yang tidak berbaiat, sampai setelah apa yang terjadi pada [peristiwa] September. Saya juga mengatakan kepada jurnalis itu bahwa kata-kata ini bukan untuk dipublikasikan. Saya mengatakan kepadanya bahwa ada beberapa hal yang membuat kita jatuh di tangan musuh-musuh kita. Tidak mempersatukan umat. Umat berdiri bersatu dalam sikap melawan Amerika Serikat. Ini adalah hal yang tak seorang pun bisa menyangkalnya. Hal ini disebut-sebut sebagai alasan mengapa orang berbondong-bondong ke ISIS. Saya katakan kepadanya bagaimana warga Palestina di kamp-kamp pengungsian mereka makan-makan dan membagikan permen dalam perayaan pada tanggal 11 September.”
Saya berkata kepada Syaikh saya:
“Syaikh saya yang mulia, Anda menanyakan saya tentang melayani sebuah wawancara kepada Al-Jazeera setelah mereka terus saja mengganggu Anda untuk wawancara seperti itu. Anda mengatakan kepada saya bahwa adalah tidak bijaksana untuk membuat bukti di media saat ini. Saya mengharapkan penampilan pertama Anda di Al-Jazeera dan itu menjadi sebuah sesi langsung untuk menghindari spekulasi atau pengeditan yang tidak semestinya.”
Dia, semoga Allah melindunginya, menjawab:
“Dengarkanlah saya; Saya tidak melayani wawancara itu. Dia berbohong. Sebaliknya, Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi membawanya kepada saya di sebuah acara sosial. Saya melakukan sebuah diskusi intelektual dengan dia dan pada lain waktu saya bertemu dengannya di sebuah pesta pernikahan dan saya berbicara secara terbuka di depan semua orang dan dia mencatat kata-kata saya di atas kertas. Ada banyak pertanyaan yang diajukan kepada saya, dari dia dan banyak orang lainnya. Seperti yang kau lihat dari struktur artikelnya tidak ada dialog T dan J [Tanya dan Jawab]. Ini esai tentang sesuatu yang dia pahami dari kata-kata saya.
Pria itu seperti semua jurnalis lainnya yang saya temui, dia tidak berbeda. Dia tidak memahami tentang apa yang saya ajukan mengenai pemahaman ideal yang dikenal sebagai ‘Salafi Jihadi’. Saya menolak Salafi menjadi bagian front jihad. Jihad hari ini adalah jihad Umat bukan jihad sekte. Atau apakah saya pernah mengatakan bahwa orang-orang Jihadi saat ini berada di atas kesalahan. Sebaliknya saya sepenuhnya menolak ide jihad elitis. Hari ini dengan berkah Allah kita telah melewati jihad elitis. Jihad hari ini telah menjadi jihad Umat.
Kata-kata dalam artikel itu jelas. Pria itu berbohong tentang sikap saya terhadap Syaikh Usamah dan mengklaim bahwa saya mengatakan Jihad tidak hanya dengan senjata, saya hanya memahami jihad dari Al-Qur’an dan Sunnah, tidak ada yang lain selain pertempuran fisik. Apa yang saya lihat adalah bahwa kelompok-kelompok yang melakukan jihad saat ini perlu memperluas wawasan mereka dalam hal pemahaman mereka sebelumnya mengenai sekeliling mereka. Hal ini karena situasi mereka dan kenyataan operasi mereka telah berubah. Ini sama sekali tidak mengembangkan atau mengubah Jihad. Ini lebih mengembangkan dan mengubah operasi dan aplikasi jihad kelompok-kelompok ini.
Anda tahu Syaikh saya tercinta bahwa ada orang-orang yang membenci saya bahkan jika yang saya katakan adalah Laa ilaha illa Allah. Adapun orang-orang ekstrimis bodoh yang tidak tahu apa-apa selain mengutuk dan memfitnah, saya tidak peduli dengan mereka dan juga tidak memberi mereka pelajaran apapun, karena mereka kurang memahami kata-kata saya. Saya telah kehilangan harapan bahwa mereka akan datang dengan akal sehat mereka atau bahwa mereka memberi saya keadilan.
Apa yang saya lihat aneh ialah bahwa orang seperti Khalid Al Hayek muncul dengan sebuah headline yang mengatakan bahwa saya mengatakan saya bukan seorang Salafi ataupun Jihadi tanpa pemahaman sama sekali mengenai apa yang saya maksud dengan kata-kata saya.
Saya mengucapkan selamat kepada mereka pada berpesta dengan daging saya [mengghibahi saya].”
Saya mengatakan ini:
Al-Hayek kemudian kehilangan kredibilitas dan validitas dari semua pernyataannya dipertanyakan. Apa yang dia katakan merupakan serangan terselubung terhadap Syaikh sebagai perseorangan (pribadi) dan serangan dengan alasan pribadi. Dia tidak mengerti perkataan Syaikh. Saya kembalikan lagi kepada (Anda) yang mengikuti perkara ini untuk menginterpretasikan atau menerjemahkan maksud dari orang ini, perlu (Anda) pahami bahwa dia adalah orang yang sangat pengertian saat memberikan narasi.
Syaikh melanjutkan:
“Jika saya tidak mencintai Anda, saya tidak akan mengucapkan sepatah kata pun. Saya sangat peduli kepada Anda dan orang-orang seperti Anda, mungkin hari-hari Anda akan lebih baik dari saya. Tidak ada yang bisa kita lakukan, ini adalah keputusan kita dengan orang-orang. Kejahatan kita adalah bahwa kita memahami dan berharap masyarakat memahami. Alih-alih berterima kasih kepada kita, mereka berpaling dari kita dengan fitnah dan umpatan. Beberapa bahkan ingin kita menjadi kafir hanya agar mereka dapat mengatakan bahwa mereka benar. Demi Allah saya merasa bahwa mereka berharap bahwa kita kafir dan melakukan kekufuran. Allaahulmusta’aan.
Jika mereka membaca artikel itu secara keseluruhan mereka tidak memiliki sarana untuk memahami kata-kata saya, kecuali dengan cara Anda membuat mereka mengerti. Bahwa semuanya itu baik kecuali apa yang dibuat berkaitan dengan Syaikh Usamah. Itu akan menjadi kebenaran.
Saudara saya tercinta, saya akan berbicara kebenaran yang orang-orang tak suka mendengarnya, siapa pun mereka. Baik mereka adalah pemerintah, para ekstremis, keluarga saya, ataupun orang yang saya cintai dan saudara-saudara saya.
Saya merenungkan ujian terbesar Abu Bakar As-Sidiq, saya percaya perselisihannya dengan Fatimah karena cinta yang dia miliki untuknya dan untuk ayahnya, ujiannya bahwa dia marah kepadanya dengan kebenaran yang dia tahu.
Itulah yang saya harus tulis untuk Anda. Saya menulis ini karena Anda adalah seseorang yang ingin mengikuti kebenaran, keinginan Anda untuk itu melebihi cinta Anda kepada saya. Anda hanya mencinta saya untuk mengatakan kebenaran dan tidak berbuat salah dan saya adalah orang yang sering keliru dan dengan kasih karunia Allah saya memperbaiki kesalahan-kesalahan saya.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.”
(banan/arrahmah.com)