RIYADH (Arrahmah.id) — Arab Saudi tidak akan menormalkan hubungan dengan Israel hingga solusi dengan penduduk Palestina tercapai.
Pernyataan ini ditegaskan Menteri Negara untuk Urusan-Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, yang menyampaikan dukungannya terhadap Inisiatif Perdamaian Arab.
“Kami telah mengatakan bahwa Arab Saudi mendukung Inisiatif Perdamaian Arab. Bahkan kami menawarkannya. Kami telah menjelaskan bahwa perdamaian datang pada akhir proses ini, bukan pada awalnya,” kata Jubeir, seperti dilansir Algemeiner (17/7/2022).
Menteri Al-Jubeir juga mengingatkan, negara-negara yang menandatangani Kesepakatan Abraham dengan Israel, itu merupakan keputusan berdaulat yang dibuat negara-negara tersebut. Dia berharap keputusan itu akan berdampak positif pada upaya domestik Israel.
“Kita perlu memiliki proses dan proses ini harus menyertakan implementasi Inisiatif Perdamaian Arab,” kata Al-Jubeir, saat ditanya apakah Arab Saudi siap bergabung dengan Kesepakatan Abraham.
Kesepakatan Abraham adalah kesepakatan dalam menormalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab. Negara-negara yang telah menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel, yaitu Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Jubeir menekankan, negara Palestina dengan Yerusalem timur sebagai ibu kota merupakan syarat perdamaian dua negara.
“Begitu kami berkomitmen untuk penyelesaian dua negara dengan negara Palestina di wilayah pendudukan dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya, itulah persyaratan kami untuk perdamaian. Perdamaian itu mungkin terjadi,” tambah Jubeir.
Pernyataan Jubeir disampaikan menyusul pernyataan bersama Komunike Jeddah yang dikeluarkan Amerika Serikat dan Arab Saudi setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertemu dengan Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Arab Saudi.
Terkait konflik Israel-Palestina, komunike itu menyampaikan, “Kedua belah pihak menggarisbawahi komitmen abadi mereka untuk solusi dua negara, di mana negara Palestina yang berdaulat dan hidup berdampingan dalam damai serta aman dengan Israel, sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.” (hanoum/arrahmah.id)