JAKARTA (Arrahmah.com) – Sesaat setelah Basarnas menemukan puing pesawat, Kementerian Perhubungan membuka crisis centre di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta. Pada saat bersamaan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendapati, pesawat tersebut adalah pesawat baru.
“Pesawat itu yang paling terkini dan terbaru di kelas Boeing 737,” kata Soerjanto Tjahjono di Kantor Basarnas.
Meski masih baru, pesawat ini sudah punya masalah. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, masalah tersebut terdeteksi setelah pesawat digunakan dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, menuju ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Masalah teknis itu juga sudah dicatat pilot sebelumnya dalam logbook.
“Malam itu langsung dilakukan pemeriksaan, langsung dilakukan perbaikan sesuai dengan petunjuk oleh pabrik pesawat,” kata Edward saat menggelar konferensi pers di kantor Lion Air, Senin (29/10/2018), sebagaimana dilansir Tirto.id.
Berbekal perbaikan ini, jelas Edward, teknisi pesawat memberi izin pesawat untuk kembali terbang.
Menurutnya, pemberian izin ini bukan perkara sembarangan, lantaran teknisi yang memberi izin adalah mereka yang sudah mendapat sertifikat dari Kementerian Perhubungan.
“Di dalam pesawat [juga] ada engineer, ikut dia terbang, berarti kan dia meyakinkan pesawatnya layak terbang,” tandas Edward.
Masalah yang diklaim selesai ini sepertinya belum selesai diperbaiki teknisi. Dugaan ini muncul lantaran pesawat yang dikomandoi Captain Bhavye Suneja dengan copilot Harvino meminta kembali ke landasan di Bandara Soetta.
Soal permintaan kembali ke landasan ini dikonfirmasi Kepala Bagian Kerja Sama dan Humas Dirjen Perhubungan Udara Sindu Rahayu.
“Pesawat sempat meminta return to base [putar balik kembali ke bandara] sebelum akhirnya hilang dari radar,” ujar Sindu.
Namunm Edward Sirait mengklaim, permintaan kembali ke landasan adalah hal yang wajib dilakukan jika pilot merasa ada masalah. “Pilot harus utamakan keselamatan penerbangan,” kata Edward.
Edward tak mau menyebut pesawat milik maskapainya bermasalah. Ini lantaran proses identifikasi dan investigasi masih dilakukan. “Apa yang sebabkan, itu yang kami belum tahu. Kami belum tahu apa komunikasi pilot,” ujarnya.
Sementara itu, praktisi penerbangan sekaligus mantan Direktur Teknik Sriwijaya Air, Ananta Wijaya mengatakan, potensi masalah di mesin Boeing 737 Max-8 di Pesawat Lion Air JT-610 bisa saja muncul.
“Max itu bawaannya punya masalah di engine,” ujarnya.
Namun, alumnus Teknik Penerbangan ITB ini enggan menyebut masalah mesin ini yang jadi sebab Lion Air JT 610 jatuh.
“Kita belum tahu. Enggak bisa nebak sekarang, terlalu dini,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)