DAMASKUS (Arrahmah.com) – Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan World Food Programme mengkonfirmasi pada Kamis (23/7/2015) bahwa sekitar 9,8 juta warga Suriah saat ini menderita kekurangan makanan, termasuk 6,8 juta yang sangat membutuhkan bantuan bantuan makanan mendesak, sebagaimana dilansir oleh MEMO.
Dua organisasi ini mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa konflik yang telah berlangsung di Suriah sejak 2011, telah menghancurkan sektor pertanian di negara itu. Pejabat FAO di Roma, Dominique Bourgeon, mengatakan bahwa dibutuhkan bantuan segera dari para donor sehingga petani dapat mengolah panen gandum di bulan Oktober ini.
Tanaman gandum Suriah untuk tahun 2015 diperkirakan sekitar 2,4 juta ton, berkat curah hujan yang mencukupi, meningkat dibandingkan tahun 2014, tapi mengalami penurunan sebanyak 40 persen dibandingkan tanaman gandum yang dihasilkan sebelum konflik.
Demikian pula, ternak telah terkena dampak negatif konflik, populasi ternak mengalami penurunan sebesar 30 persen, domba dan kambing sebesar 40 persen, dan unggas sebesar 50 persen.
Sebaliknya, harga pangan naik pesat pada awal tahun 2015 akibat kurangnya dukungan pemerintah dan devaluasi mata uang Suriah. Harga roti telah meningkat selama tahun lalu hingga 87 persen.
Menurut pernyataan itu, rumah tangga Suriah telah menghabiskan setengah dari pendapatan mereka, atau kadang-kadang bahkan lebih, untuk membeli makanan di kota-kota seperti Sweida, Aleppo dan Hama.
(ameera/arrahmah.com)