LONDON (Arrahmah.com) – Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Radikalisasi dan Politik Internasional, sebanyak 17,9 persen dari pejuang asing di Suriah berasal dari Inggris, berdasarkan database dari para pejuang yang diidentifikasi dari akun sosial media mereka, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Rabu (16/4/2014).
Walaupun Pusat Studi Radikalisasi Internasional yang berbasis di London itu sering membuat laporan yang mendiskreditkan kelompok jihad, akan tetapi dari laporan tersebut bisa dilihat dukungan dari ummat Islam di seluruh dunia dalam melawan rezim Nushairiyah Assad yang zalim di Suriah.
Laporan itu mengatakan bahwa pejuang Suriah yang berasal dari Barat menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan para pendukung dan mendokumentasikan keterlibatan mereka dalam konflik Suriah.
Laporan yang berjudul ‘Greenbirds : Mengukur kepentingan dan pengaruh jaringan pejuang asing di Suriah’ mengatakan bahwa media sosial merupakan sumber informasi penting dan inspirasi kepada mereka. Menurut mereka, media sosial tidak lagi virtual, tapi telah menjadi aspek penting dari apa yang terjadi di lapangan.
Penyelidikan itu mengatakan bahwa mereka telah membuat database profil media sosial dari 190 pejuang asing dari Barat dan Eropa. Lebih dari dua pertiga dari para pejuang ini berafiliasi dengan Jabhah Nushrah atau ISIS, menurut laporan tersebut.
Laporan itu juga menambahkan bahwa orang-orang di Barat yang tidak secara langsung berjuang dalam konflik tetap merasakan pengaruh yang signifikan sebagaimana konflik itu dirasakan oleh orang-orang yang berjuang di dalamnya.
Meskipun bagian terbesar dari pejuang asing di Suriah diperkirakan berasal dari Inggris, jumlah pejuang asing dari negara-negara yang lain sebagai berikut: Perancis 11,6 persen, Jerman 11,1 persen, Swedia 10 persen, Belgia 8,9 persen, dan Belanda 6,3 persen.
Negara-negara Eropa Timur (termasuk Albania, Bosnia, Bulgaria, Kosovo, Macedonia, dan Serbia) terdiri dari 9,6 persen dari sampel, sedangkan non-Eropa Barat – Australia, Kanada, dan AS – menyumbang sebanyak 5,3 persen. Hampir 19 persen dari populasi sampel diberi kode sebagai ‘yang tidak diketahui asalnya’.
Pemerintah Inggris telah memperingatkan warga Inggris untuk tidak terlibat dalam konflik di Suriah, dan mengatakan bahwa mereka yang diidentifikasi terlibat dalam konflik Suriah akan dicopot status kewarganegaraannya.
(ameera/arrahmah.com)