TANGERANG (Arrahmah.com) – Badan Tenaga Nuklir Indonesia (Batan) mengungkapkan Indonesia layak membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) karena memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mencukupi.
“Saat ini, SDM yang dimiliki Batan sudah mencukupi bila nantinya PLTN terwujud dibangun,” kata Kepala Biro Kerja sama Hukum dan Humas Batan, Ferhat Aziz, Jumat (25/3/2011).
Dia mengatakan, SDM yang nanti ditugaskan dalam operasi PLTN, tidak hanya dari Batan melainkan dari PLN dan Kementerian ESDM yang keduanya memang sudah dua tahun terakhir bekerjasama.
Ini masih ditambah sejumlah pakar yang sejak puluhan tahun lalu sudah disiapkan sehingga bila dibandingkan dengan negara seperti Korea, Vietnam dan Malaysia, Indonesia sudah sangat siap “go nuclear.”
“Bila dibandingkan dengan negara tersebut dalam segi SDM, Indonesia sudah lebih siap. Hanya saja, pembangunannya lebih awal negara lain dibandingkan di sini,” katanya.
Batan masih menunggu realisasi pemerintah pusat dalam pembangunan PLTN karena Batan hanya bertugas menyiapkan SDM dan studi kelayakan.
Meski begitu dia mengakui pembangunan PLTN tidak dapat diwujudkan dalam waktu dekat karena harus melihat berbagai sektor seperti lingkungan dan iklim.
Karena ada 15 faktor yang harus menjadi perhatian dalam membangun PLTN di suatu daerah seperti halnya lokasi yang jauh dari tsunami, lokasi pun tidak berada di patahan gempa, jauh dari dampak bila terjadi gunung meletus, kondisi cuaca yang mendukung.
“Melihat peristiwa yang terjadi di Jepang, meski terjadi Tsunami namun bangunan PLTN tetap kuat karena sudah diperhitungkan segi buruknya. Namun di Indonesia, peluang membangun PLTN sangat luas karena banyak lahan yang dapat digunakan dan jauh dari dampak faktor tersebut,” katanya.
Daerah yang dinilai tepat menjadi lokasi PLTN adalah Kalimantan, Bangka dan Laut Jawa Utara. “Lokasi tersebut, sangat jauh dari dampak seperti tsunami dan gunung merapi serta gempa. Jadi, sangat tepat,” katanya.
Farhet mengakui membangun PLTN membutuhkan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan membangun PLTU, karena membangun PLTN harus memikirkan keamanan dan keselamatan.
“Kalau dengan gempa 8 skala richter bangunan bisa hancur. Maka PLTN harus dibuat untuk tahan gempa mencapai 9 skala richter. Jadi, itu yang mahal, karena keamanannya diutamakan,” katanya. (ant/arrahmah.com)