Oleh Nazwa Hasna Humaira
Pelajar dan Aktivis Dakwah
Kemarau panjang yang melanda daerah Papua Tengah menyebabkan sekitar 7.000 warga terancam kelaparan. Distrik Agandugume dan Lambewi di Kabupaten Puncak memilih untuk mengungsi ke daerah terdekatnya, seperti Sinak, Nabire, Timika, dan Ilaga. Kelaparan itu pun akhirnya merenggut nyawa 6 warga, salah satunya adalah anak-anak.
Musim kemarau yang dimulai sejak Mei tahun lalu mengakibatkan lahan-lahan pertanian masyarakat bukan saja kering dan rusak, tapi membawa dampak timbulnya penyakit diare yang diderita oleh warga sekitar. Pemerintah setempat pun mengalami kesulitan mengirim bantuan karena akses transportasi yang sulit serta kekhawatiran adanya serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (Detiksulsel, Senin, 24/7/2023).
Miris, provinsi Papua yang kaya dengan sumber daya alam dan mineralnya ternyata tak mampu membuat warganya sejahtera, tapi justru harus meregang nyawa karena kelaparan. Ibarat tikus mati di lumbung padi, kondisi masyarakat di wilayah tersebut memang sangat memprihatinkan, kekayaan alam yang mestinya untuk memenuhi kebutuhan mereka, kini hanya tinggal cerita karena faktanya telah dirampas segelintir oknum serakah bernama kapitalis. Parahnya lagi, negara turut andil dengan keserakahan tersebut dengan regulasi dan izinnya.
Pada Maret, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebenarnya telah memberitahu kepada pemerintah daerah juga masyarakat Papua untuk mempersiapkan diri akan datangnya musim kemarau yang panjang. Biasanya, saat kemarau datang pasokan makanan kian terkikis hari demi harinya, karena lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian gagal memberikan hasil untuk mereka makan belum lagi ketiadaan perhatian pemerintah memberi solusi, menambah daftar panjang penderitaan masyarakat Papua.
Papua yang memiliki potensi besar dalam hal Sumber Daya Alam (SDA) seperti emas, telah dikeruk PT Freeport yang sudah berdiri sejak 1967 hingga sekarang. Dan selama 78 tahun RI disebut sudah merdeka, nyatanya penguasaan aset publik masih dipegang korporat, baik swasta atau asing. Sehingga negara tak mampu mewujudkan kesejahteraan atau pun kenyamanan. Karena negara Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah ini dipegang hampir sebagian besarnya oleh pihak asing. Sehingga, pemerintah pun tak bisa bertindak leluasa untuk membantu masyarakatnya.
Pemerintah (negara) yang seharusnya menjadi tempat bersandar masyarakat dalam segala hal, baik mengenai kebutuhan pokok atau pun kolektif semisal pendidikan dan kesehatan, justru kian melepas tanggung jawabnya. Kasus kelaparan yang menimpa warga Papua hanya sebagian kecil yang terekspos media, karena bisa jadi lebih besar lagi faktanya yang tidak terekspos.
Kasus kemiskinan hingga berujung kematian adalah salah satu bukti kegagalan negara mengurus rakyat. Kegagalan ini bermuara pada satu aturan atau sistem yang disebut kapitalisme.
Penyimpangan sistem dalam mengelola sumber daya alam dan juga negara akan berakibat fatal kepada kondisi masyarakatnya. Sistem kapitalisme yang aturannya hanya berlandaskan materi belaka akan melahirkan ketimpangan sosial dan ketidakmerataan hasil pembangunan. Seperti halnya SDA berupa tambang emas yang ada di Papua, hasilnya bukan untuk mereka yang tinggal di sana atau masyarakat secara umum, melainkan para korporat dan oligarki.
SDA yang seharusnya menjadi hak bersama dalam penggunaannya, kini hanya sebatas dimiliki oleh tangan-tangan para pemilik modal. Rakyat seolah-olah tak boleh ikut campur menikmati kekayaan alam yang ada. Mereka hanya menjadikan masyarakat sebagai budaknya saja.
Maka, tak heran bila saat ini masyarakat mengalami berbagai permasalahan, seperti kelaparan, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan lainnya. Karena, penyebab utamanya terdapat pada sistemnya. Sehingga, bila seorang pemimpin masih menggunakan sistem kapitalisme, maka selama itulah rakyat tak akan pernah mengalami kesejahteraan dalam hidupnya.
Berbeda halnya dengan sistem Islam. Islam selain sebagai agama juga sebagai ideologi yang layak dijadikan landasan kehidupan. Islam adalah solusi hakiki di saat sistem sekuler kapitalis gagal menciptakan kenyamanan serta kesejahteraan bagi masyarakat.
Sumber daya alam dalam Islam merupakan bagian kepemilikan umum yang dikelola oleh negara dan diserahkan untuk kesejahteraan masyarakat. Haram hukumnya SDA diserahkan kepada individu, swasta, atau pun asing.
Dalam Islam terdapat 3 jenis kepemilikan yang sangat harus diperhatikan oleh semua, agar tak ada yang memakai harta milik orang lain. Pertama, Kepemilikan individu, seperti harta hasil dari usahanya. Kedua, kepemilikan publik, seperti sarana umum, SDA, laut, dan lainnya. Ketiga, kepemilikan negara, seperti harta fai, kharaj, jizyah dan sebagainya.
Allah Swt. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa’ [4]: 29).
Dalil di atas merupakan sebuah peringatan dari Allah Swt, kepada hambaNya agar tidak menggunakan harta milik orang lain. Dan, sebagai seorang pemimpin negara sudah selayaknya menanggung tanggung jawab umat dalam memenuhi kebutuhan pokok juga keperluan lainnya.
Ketika umat merasakan kelaparan bahkan sampai meninggal dunia, merupakan permasalahan yang penting untuk diselesaikan. Pemimpin dalam sistem Islam senantiasa memprioritaskan urusan umatnya, baik perihal perut, ekonomi, atau pun hal lainnya.
Seperti dalam sebuah kisah Khalifah Umar bin Khattab, dimana beliau senantiasa mengontrol kondisi rakyatnya dan bersegera memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan, Umar rela menahan laparnya sebelum rakyatnya kenyang.
Adapun, satu kisah di masa Umar bin Khattab saat mengalami kekeringan. Saat itu, usaha peternakan dan pertanian hancur total. Keadaan ini terjadi di kota Madinah. Akan tetapi, mereka memiliki kebiasaan untuk menyimpan cadangan makanan. Sehingga, saat seperti ini datang mereka mengeluarkan cadangan tersebut untuk bertahan hidup.
Inilah sebuah bukti bahwa dalam sistem Islam, kondisi umat sangat amat dijaga dan SDA yang Allah berikan kepada hambanya memiliki manfaat yang besar untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan syarat, jika diperoleh dengan cara yang sesuai aturan Allah Swt. dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Aturan yang dijadikan pedoman untuk pemerintah gunakan dalam negara, akan sangat berefek pada pola kehidupan masyarakat dalam menjalankan setiap harinya.
Rasulullah saw bersabda : “Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari)
Maka dari itu, seorang pemimpin Islam akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibannya untuk umat, dengan tujuan dapat meningkatkan keimanan kepada Allah Swt, dan memperoleh kesejahteraan yang hakiki.
Wallahu’alam bisshawab.