JAKARTA (Arrahmah.com) – Sehubungan dengan ungkapan Neta Pane S, ketua presidium IPW (Indonesia Police Watch) terkait bahwa Kementiran Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yang memberikan akses ilegal untuk FBI (Federal Bureau of Investigation) di sejumlah lembaga pemasyarkatan (lapas) untuk menginterogasi para tahanan terutama tersangka “terorisme” dan Kemenkumham akan dapatkan 1 triliun per tahun untuk itu, Umar Abduh, pengamat intelijen, memberikan penjelasan tambahan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bagian dari budak Yahudi.
Umar Abduh dengan tegas mengatakan kepada i-today pada (14/2/2012) lalu bahwa, “Pemerintahan SBY telah terlibat jauh dalam proyek teroris. Proyek ini jelas-jelas merupakan perang tingkat tinggi antara Yahudi dengan Islam. Jika Kemenkum HAM mengijinkan FBI berkiprah di Indonesia, bisa dikatakan Kemenkum HAM bagian dari Yahudi.”
Meski Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Amir Syamsudin telah membantah adanya FBI di sejumlah Lapas di Indonesia, namun Menkumham tidak menjelaskan fakta lebih lanjut dan membenarkan adanya kunjungan petugas mereka ke Guantamo.
Menurut Umar, proyek-proyek anti teroris yang dijalankan pemerintah merupakan bagian dari kerjasama Yahudi anti Islam. “Jika orang asing diberikan kesempatan mengawasi orang Indonesia, di mana kedaulatan Indonesia. Bantuan asing ditujukan untuk mengadudomba Islam dengan pemerintah”, dikutip i-today.
Umar yakin bahwa SBY adalah bagian dari budak Yahudi, “Jika SBY menyetujui kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat, dalam hal ini FBI, saya yakin SBY bagian dari budak Yahudi,” tegas Umar.
Umar menambahkan bahwa kerjasama FBI-Kemenkumham telah menyalahi prosedur. karena dalam kerjasama itu pemerintah tidak berkoordinasi terlebih dahulu dengan DPR.
“Ini kesalahan. Sudah terlanjur dan ini tidak boleh. Dulu di Komisi I DPR, Joko Susilo sangat kencang menentang seperti ini. Persoalan ‘terorisme’ merupakan bagian dari konspirasi intelijen,” kata Umar. (siraaj/arrahmah.com)