Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(Arrahmah.com) – Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza Palestina, membuat kita gemas, marah, sedih semua perasaan berkecamuk menjadi satu. Menyaksikan adegan-adegan di media masa atas kekejaman Zionis Israel laknatullah terhadap rakyat Palestina. Seperti diberitakan di media masa hari Selasa (9/7/2014). Sirene mengaum dahsyat di Gaza tanpa henti. Drone-drone, pesawat udara Israel melayang-layang di langit Gaza. Bom jatuh, dan korban pun jatuh. Israel beralibi Hamas harus membayar atas matinya tiga orang remaja Israel beberapa pekan yang lalu sebelumnya. Tapi “Hamas” itu bagi Israel berarti rakyat Palestina di Gaza. Tanpa pandang bulu.
Kekejaman Isreal semakin membabi buta, anak-anak dan perempuan Gaza menjadi korban serangan yang paling banyak. Baju dan kulitnya compang-camping karena hantaman peluru-peluru tentara Israel. Di berbagai tempat terdengar tangisan, ya tangisan karena ditinggal mati oleh orang-orang terdekat. Mereka yang telah syahid karena terbunuh atas peluru-peluru dan roket-roket Israel tampak meninggalkan orang-orang sekitarnya dengan wajah yang tenang.
Tentara Israel tiada hentinya menggempur pemukiman warga palestina. Gempuran tersebut menggunakan rudal dari Pesawat Jet F-16 dan helikopter tempur yang dipasok dari tuannya yaitu Amerika. Bukan sekali ini saja Zionis Israel menggempur bumi Gaza, dan itu akan terus diingat oleh generasi-generasi mendatang.
Bau hangus tercium dan darah tercecer di mana-mana. Kerusakan rumah, mobil, motor seakan menjadi pemandangan yang begitu menyayat hati. Istri-istri yang menangis karena ditinggal suami dan anak-anaknya, semua itu sungguh menyakitkan terlebih dilakukan dengan sangat brutal, sampai kapan Israel terus menerobos batas-batas kemanusiaan? Walaupun dunia internasional mengecam aksi brutal Israel semua itu tidak membuat Zionis laknatullah itu menghentikan aksinya tapi malah semakin membabi buta.
Anak-anak dan perempuan korbannya
Tragedi kemanusiaan di mana pun selalu anak-anak dan perempuan yang menjadi korban. Hingga saat ini empat orang anak di pantai kota Gaza terbunuh dalam serangan udara Israel pada Rabu hingga meningkatkan jumlah korban tewas menjadi 213 orang. Kekerasan terbaru menjatuhkan korban tewas pada Rabu sebanyak 16 orang, dan meningkatkan jumlah keseluruhan warga tewas di Gaza setelah berlangsungnya sembilan hari serangan menjadi 216 orang. Lebih dari 1.560 orang mengalami luka-luka. (antaranews.com, 17/07/2014).
Perempuan Palestina dan anak-anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jihad. Anak-anak itulah yang kelak akan menjadi mujahid-mujahid yang akan menghancurkan Zionis laknatullah Israel. Hal inilah yang mendorong Israel membabi buta membunuh mereka. Dalam kondisi pelayanan kesehatan yang buruk, kondisi hidup yang serba sulit, mereka tidak lelah mencetak mujahid-mujahid baru. Anak-anak itu mereka didik dan tanamkan kecintaan terhadap jihad dan mati syahid. Maka anak-anak Palestina tidak pernah merasa takut berhadapan dengan tentara Israel sekalipun hanya bersenjatakan batu.
Akar persoalan
Sesungguhnya tragedi ini berpijak pada persoalan Aqidah, syariah, dan politik (Islam vs kufur Yahudi), bukan masalah konflik dua negara, sehingga perdamaian sebagai solusi.Mengingatkan sejarah bahwa Palestina adalah bagian dari negeri muslim, haram bagi siapa pun untuk merampasnya. Sejak pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ra, kaum Muslimin diamanahi melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan mencegah Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam Perjanjian Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya Nasrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Melalui perjanjian Umariyah disepakati bahwa selain Muslim, hidup juga berdampingan secara damai dengan orang Nasrani di Palestina. Tetapi juga harus diingat dalam perjanjian Umariyah itu orang Yahudi tidak boleh tinggal di Palestina.
Secara politis, tentang makar Yahudi yang mendirikan negeri zionis Israel. Sejak awal pendiriannya, keberadaan negara Israel tidak lepas dari kepentingan negara-negara imperialis Barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Secara syariah Islam jelaslah Islam juga mengharamkan kolonialisme dan pembantaian, dan Islam juga anti penjajahan, apalagi itu terhadap tanah milik kaum Muslimin, tanah wakaf, tanah kharajyiah. Pembantaian umat yang dilakukan Israel juga adalah kezaliman luar biasa, apalagi korbannya adalah anak-anak dan perempuan.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS:.Al Isra : 70)
Sesungguhnya hilangnya dunia (dan seisinya) benar-benar lebih ringan bagi Allah ketimbang terbunuhnya seorang Muslim. (HR at-Tirmidzi)
Untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak Palestina, terbelenggu oleh sekat nation state – egoistis nasionalis penguasa muslim di sekitar Palestina. Nasionalisme adalah musuh umat Islam, racun berbahaya, penghalang persatuan umat. Contohnya, Mesir hanya membuka perbatasan untuk menolong yang cidera dalam beberapa jam lalu ditutup lagi; Nasionalisme menghalangi setiap negara untuk mengirim bantuan tentara karena prinsip Politik Luar Negeri yang dianut, kalaupun mengirim tentara maka tunduk dalam genggaman PBB yang mendukung eksistensi Israel.
Bantuan do’a, dana, dan materi lainnya, secara realitas diperlukan. Namun bukan solusi persoalan. Akhirnya lebih focus pada menolong korban dengan tetap membiarkan si pelaku melakukan tindakan keji (pembunuhan massal) secara bebas.
Perempuan dan anak-anak (genoside) yang menjadi korban serangan Israel di Gaza, tidak mendapatkan respon yang menghebohkan dunia (LSM dan Dunia Internasional lainnya) sebagaimana yang terjadi pada Malala dan Piala Dunia FIFA 2014. Standar Ganda Barat dalam mensikapi HAM untuk kaum muslimin (dibiarkan tidak mendapatkan hak-haknya mulai hak hidup, mendapatkan pendidikan, perlindungan dan lainnya).
Solusi
Jelaslah tragedi Gaza buah dari konspirasi Barat/Imperialis untuk menghancurkan Islam dan Kaum Muslimin, dengan menggunakan solusi national state/kemerdekaan bagi palestina. Solusi ini akan menjauhkan kebutuhan umat terhadap persatuan kaum muslimin dalam naungan Daulah Khilafah.
Usulan perdamaian, tidak menyelesaikan masalah. Harus diingat bahwa tabiat orang yahudi selalu ingkar janji. Dia akan menawarkan damai jika tujuannya sudah tercapai, jika persenjataannya sudah habis, dan dalam waktu perjanjian itu dia menyusun strategi baru dan persediaan senjata baru. Dari dahulu selalu berulang hal yang sama, menawarkan gencatan senjata dia pula yang mengingkari.
Tragedi palestina membutuhkan solusi yang kongkrit, tragediy yang terjadi adalah karena ketiadaan Khilafah yang melindungi kaum muslim. Untuk itu, tegaknya khilafah menjadi suatu kewajiban. Jihad yang dilakukan secara personal atau kelompok untuk menyelamatkan Palestina masih belum cukup. Sangat membutuhkan pengerahan tentara-tentara dari negeri-negeri muslim seluruh dunia yang berjumlah besar untuk bersatu menyelamatkan Palestina sebagai bagian dari masalah kaum muslimin. Sehingga sangat mendesak untuk dicabutnya Nasionalisme dari benak kaum muslimin (rakyat, tentara maupun penguasa).
Negeri-negeri bila bersatu dalam Naungan Khilafah Islamiyah memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menaklukan Israel maupun pendukungnya. Hal ini mencakup tentara jumlah besar, peralatan perang dan senjata yang berimbang bahkan lebih.
Khilafah Islamiyah sebagai perisai (junnah) bagi rakyatnya, tidak ada satu wilayah maupun individu rakyatnya (termasuk perempuan maupun anak-anak) yang dibiarkan terbunuh. Perempuan yang melahirkan generasi dan anak-anak calon pemimpin di masa mendatang mendapatkan perlindungan keamanan yang utuh dalam naungan khilafah. Peperangan yang dilakukan oleh Khilafah beradab dibandingkan perang saat ini di era modernisasi penuh dengan kebiadaban yang menyerang penduduk sipil dan orang lemah, rumah ibadah, sekolah, pasar, dan lain-lain. Wallâhu a’lam bish-shawâb.
(azm/arrahmah.com)