RIYADH (Arrahmah.com) – Menlu Arab Saudi mengatakan pada Sabtu (21/11/2020) ia percaya diri bahwa Joe Biden dan Demokrat yang akan mendominasi pemerintah AS di masa mendatang akan mengeluarkan kebijakan yang menolong kawasan Timur Tengah memperoleh stabilitasnya. Riyadh pun memastikan bahwa kerja sama negaranya dan AS akan semakin erat.
Riyadh bersiap menyambut presiden baru AS yang berjanji pada jalur kampanye pemilihan untuk menilai kembali hubungan dengan Arab Saudi, negara bagian yang dia gambarkan sebagai “paria” pada tahun 2019.
“Saya yakin bahwa pemerintahan Biden akan terus mengejar kebijakan yang demi kepentingan stabilitas regional,” kata Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud kepada Reuters dalam wawancara virtual di sela-sela KTT Pemimpin G20, yang diselenggarakan negaranya.
“Setiap diskusi yang akan kita lakukan dengan pemerintahan di masa depan akan menghasilkan kerja sama yang kuat,” tambahnya.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menikmati hubungan pribadi yang dekat dengan Presiden Donald Trump dan hubungan mereka memberikan penyangga terhadap kritik internasional atas catatan hak asasi Riyadh menyusul pembunuhan jurnalis Saudi dan penduduk AS Jamal Khashoggi, peran Riyadh dalam perang Yaman, dan penahanan aktivis hak-hak perempuan.
Area-area itu sekarang mungkin menjadi titik gesekan antara Biden dan Saudi, eksportir minyak utama dan pembeli senjata AS.
Pangeran Faisal menekankan sejarah 75 tahun “kerja sama pertahanan yang kuat” antara kedua negara dan berharap itu akan berlanjut.
Dia mengatakan akan “sepenuhnya tepat” bagi Amerika Serikat untuk menunjuk gerakan Houtsi yang berpihak pada Iran di Yaman sebagai organisasi teroris asing.
“Kita semua tahu banyak tentang senjata mereka dan sebagian besar ideologi mereka berasal dari Iran. Jadi mereka pasti organisasi teroris yang didukung asing,” ujarnya.
Washington melihat kelompok itu sebagai perpanjangan dari pengaruh Iran di wilayah tersebut. Pemerintahan Trump telah mengancam untuk memasukkan kelompok itu ke daftar hitam, kata sumber kepada Reuters, sebagai bagian dari kampanye “tekanan maksimum” terhadap Teheran. Iran membantah memberikan dukungan finansial dan militer kepada Houtsi.
Arab Saudi melobi keras untuk kampanye melawan saingannya Iran, dan yang menjadi masalah adalah bagaimana Biden akan menangani rudal balistik Teheran dan dukungan untuk proksi regional dalam setiap pembicaraan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir internasional dengan Iran yang dihentikan Trump pada 2018. (Althaf/arrahmah.com)