RIYADH (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Arab Saudi menolak laporan media bahwa CIA percaya putra mahkota negara memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan mengatakan pernyataan Turki tentang masalah ini tidak menargetkan Mohammed bin Salman (MBS).
“Kami di kerajaan tahu bahwa tuduhan tentang putra mahkota tidak memiliki dasar kebenaran dan kami menolaknya,” kata Adel al-Jubeir dalam wawancara dengan surat kabar Asharq al-Awsat yang diterbitkan pada Selasa (20/11/2018).
“Semua kabar dan informasi itu adalah kebocoran yang belum diumumkan secara resmi, dan saya perhatikan bahwa mereka didasarkan pada penilaian, bukan bukti konklusif,” tambahnya.
Khashoggi, kolumnis Washington Post yang berbasis di AS yang merupakan seorang pengkritik pemerintah Saudi, dibunuh pada 2 Oktober di konsulat Saudi di Istanbul oleh tim perwira Saudi yang telah melakukan perjalanan dari negara mereka untuk mencegatnya.
Al-Jubeir juga mengatakan dalam sambutannya kepada Asharq al-Awsat, Ankara telah meyakinkan Riyadh bahwa ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pembunuhan itu diperintahkan tingkat tertinggi dari kepemimpinan Saudi, “putra mahkota tidak dimaksudkan dalam komentar ini”.
“Kepemimpinan kerajaan Arab Saudi, yang diwakili oleh raja dan putra mahkota, adalah garis merah, dan kami tidak akan mengizinkan upaya untuk mencederai atau melemahkan mereka,” tambahnya.
Setelah memberikan banyak penjelasan yang kontradiktif untuk penghilangan Khashoggi, Riyadh baru-baru ini menyatakan secara resmi sang wartawan telah dibunuh dan tubuhnya dipotong ketika “negosiasi” untuk meyakinkannya kembali ke Arab Saudi gagal.
CIA percaya pangeran Saudi memerintahkan pembunuhan Khashoggi, sumber mengatakan kepada media AS pekan lalu, memperumit upaya Presiden AS Donald Trump untuk mempertahankan hubungannya dengan sekutu utama.
Seorang jaksa penuntut umum Saudi mengatakan pekan lalu bahwa negara itu akan mengusahakan hukuman mati bagi lima tersangka dalam kasus tersebut.
Shaalan al-Shaalan mengatakan bahwa 21 orang kini berada dalam tahanan, dengan 11 orang didakwa dan dirujuk ke pengadilan, menambahkan bahwa Saud al-Qahtani, mantan penasihat istana kerajaan, telah dilarang bepergian dan tetap dalam penyelidikan.
Pernyataan itu dicabut karena tidak dinilai memadai oleh Ankara, yang meminta ekstradisi para tersangka Saudi.
Mevlut Cavusoglu, menteri luar negeri Turki, mengkritik pengumuman Saudi dan bersikeras pembunuhan itu “direncanakan sebelumnya”.
“Hukum Turki berlaku dalam kasus ini, meskipun pembunuhan itu terjadi di konsulat Saudi,” katanya, menuntut bahwa semua tersangka harus “diadili sesuai dengan hukum Turki” di Turki. (Althaf/arrahmah.com)