RIYADH (Arrahmah.id) — Arab Saudi bersuara mengenai situasi Palestina saat ini. Arab Saudi melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Pangeran Faisal bin Farhan meminta negara-negara dunia yang mengakui negara Palestina agar mengumumkan dukungannya secara terbuka.
“Kepada negara-negara yang telah secara pribadi menyatakan kesediaan mereka untuk melakukan ini, saya mendesak Anda untuk mengambil langkah penting ini secara terbuka,” ujarnya, dilansir Al Arabiya (5/10/2024).
Faisal mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat. Dia meminta negara-negara dunia berada di sisi sejarah yang benar.
“Sekarang lah saatnya untuk berdiri di sisi sejarah yang benar,” tulis diplomat top Saudi tersebut dalam sebuah opini untuk Financial Times.
Faisal mengatakan pengakuan ini adalah hak dari rakyat Palestina. Menurutnya, diplomat Saudi sedang bekerja agar Palestina diakui sebagai negara berdaulat oleh dunia.
“Penentuan nasib sendiri adalah hak yang tidak dapat dicabut, yang tidak hanya layak diterima tetapi juga dimiliki oleh rakyat Palestina. Para diplomat kami telah bekerja tanpa lelah bersama orang lain untuk mengamankan pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat secara global,” tulis Pangeran Faisal dalam tajuk rencana tersebut.
Mengulangi pernyataan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman sebelumnya, Menlu Saudi itu mengatakan masalah Palestina berada di garis depan perhatian Saudi.
“Arab Saudi akan bekerja tanpa lelah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa syarat ini,” tegasnya.
“Pembentukan negara Palestina yang merdekalah yang akan memberikan keuntungan yang kita cari: stabilitas regional, integrasi, dan kemakmuran,” imbuhnya.
Diketahui, beberapa hari lalu Pangeran Faisal mengumumkan peluncuran koalisi internasional baru untuk bekerja menuju penerapan solusi dua negara, setelah puluhan tahun upaya internasional gagal.
Aliansi Global untuk Implementasi solusi dua negara itu diresmikan selama pidato Pangeran Faisal bin Farhan pada sebuah pertemuan di sela-sela Sidang Umum PBB minggu lalu di New York, yang mencakup Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia.
Pangeran Faisal juga mengingatkan Israel bahwa bahwa perdamaian tidak akan bisa dibangun atas dasar pendudukan dan kebencian.
“Keamanan sejati bagi Israel akan datang dari pengakuan hak-hak sah rakyat Palestina,” cetusnya.
Lebih lanjut, Pangeran Faisal memperingatkan bahwa hambatan untuk perdamaian bukan berasal dari rakyat Palestina dan Israel yang ingin hidup berdampingan.
“Melainkan dari kelompok radikal dan penghasut perang di kedua belah pihak, yang menolak resolusi yang adil dan berusaha menyebarkan konflik ini ke seluruh kawasan dan sekitarnya,” ucapnya.
Ke depan, menurut Pangeran Faisal, Otoritas Palestina harus mengendalikan baik Tepi Barat maupun Jalur Gaza.
Dalam tulisannya, Pangeran Faisal juga melontarkan kritikan terhadap kebijakan Israel dan perang melawan Palestina selama beberapa dekade.
“Sudah lama menjadi jelas bahwa pertahanan diri bukanlah tujuan utama Israel dalam perang ini. Sebaliknya, tampaknya tujuannya adalah untuk memusnahkan kondisi kehidupan yang bermartabat selama beberapa dekade mendatang,” sebutnya.
Menurut Pangeran Faisal, Israel telah menciptakan kenyataan yang mengurangi prospek negara Palestina yang berdaulat.
“Kekerasan hari mereka hanya memperburuk ketegangan dan mengikis kepercayaan, membuat negosiasi diplomatik semakin sulit, memperpanjang penderitaan kedua belah pihak, dan mendorong kawasan ini semakin dekat ke perang yang lebih luas,” katanya.
Selain pengakuan negara Palestina, menurut Pangeran Faisal, dibutuhkan juga akuntabilitas yang sejalan dengan opini Mahkamah Internasional (ICJ), yang menyatakan permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki adalah ilegal dan semua negara tidak boleh memberikan bantuan atau dukungan untuk itu.
Terakhir, Pangeran Faisal menyerukan penerapan hukuman terhadap siapa saja yang berupaya melemahkan negara Palestina, dan insentif untuk mereka yang mendukungnya.
“Negara Palestina adalah prasyarat bagi perdamaian, bukan produk sampingan. Ini adalah satu-satunya jalan yang bisa membawa kita keluar dari siklus kekerasan dan menuju masa depan di mana Israel dan Palestina dapat hidup damai, dengan keamanan dan saling menghormati. Jangan kita tunda lagi,” cetusnya. (hanoum/arrahmah.id)