RIYADH (Arrahmah.id) — Hubungan antara Arab Saudi dan Israel tampaknya kian mesra. Negeri kaya minyak itu berencana berinvestasi senilai jutaan dolar ke perusahaan teknologi Israel melalui perusahaan ekuitas swasta baru Jared Kushner.
Kabar tersebut pertama kali dilaporkan The Wall Street Journal (WSJ) (9/5/2022), mengutip narasumber yang mengetahui rencana investasi tersebut.
Laporan WSJ pada akhir pekan lalu mengatakan Riyadh telah mengincar dua perusahaan Israel untuk investasi, meskipun nama-nama perusahaan atau sektor di mana mereka beroperasi tidak diungkapkan.
Laporan itu mengatakan bahwa “Investasi tersebut adalah contoh pertama yang diketahui bahwa uang tunai Dana Investasi Publik Saudi akan diarahkan ke Israel, sebuah tanda dari keinginan kerajaan yang meningkat untuk melakukan bisnis dengan negara itu, meskipun mereka tidak memiliki hubungan diplomatik,” kata laporan WSJ, sebagaimana dikutip oleh Times of Israel (10/5).
Kushner, menantu mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan mantan penasihat senior, mendirikan Affinity Partners akhir tahun lalu, mengumpulkan dana komitmen sekitar US$3 miliar dari investor internasional, termasuk Saudi.
Desember lalu, The New York Times melaporkan bahwa Affinity Partners telah mempekerjakan sekitar 20 orang, dan berencana untuk fokus pada investasi yang berbasis di AS serta di Timur Tengah.
Laporan itu mengatakan Dana Investasi Publik Saudi senilai US$450 miliar sedang bernegosiasi dengan Kushner mengenai apa yang bisa terbukti menjadi investasi yang cukup besar di Affinity Partners, menurut dua sumber.
The New York Times juga mengatakan dalam laporannya bahwa sementara penasihat Saudi awalnya ragu-ragu untuk berkontribusi pada dana tersebut, Putra Mahkota Saudi dan pemimpin de-facto Mohammed Bin Salman (MBS) dilaporkan campur tangan dan mendorong investasi di Affinity Partners ke depan.
Baik MBS dan Kushner memiliki hubungan yang sangat dekat. Pada tahun 2018, putra mahkota dilaporkan secara luas mengatakan dia memiliki Kushner “di sakunya” di tengah “penumpasan anti-korupsi” di kerajaan yang menargetkan para pembangkang dan kritikus.
Awal tahun ini, Kushner dilaporkan akan membuka kantor di Israel yang akan mempromosikan hubungan bisnis antara Israel, India, negara-negara Teluk, dan Afrika Utara.
Salah satu tindakan terakhir Kushner sebagai penasihat Trump adalah menengahi kesepakatan normalisasi antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko, yang dijuluki “Kesepakatan Abraham.”
Sebagian besar penekanan Kushner saat membentuk kebijakan Timur Tengah Trump adalah pada perdamaian yang dipelihara melalui investasi dan pembangunan ekonomi. Sayangnya hal itu gagal membawa terobosan dalam perdamaian Israel-Palestina.
Kushner juga mengambil peran utama dalam menjalankan kampanye Trump pada tahun 2016 dan 2020. Namun ia kemungkinan tidak akan terlibat dalam kemungkinan kampanye Trump pada tahun 2024.
Kushner adalah generasi ketiga dalam kerajaan real estat keluarga yang didirikan oleh kakeknya, seorang penyintas Holocaust. (hanoum/arrahmah.id)