LONDON (Arrahmah.id) — Arab Saudi disebut menyetujui ide Presiden Amerika Serikat (AS) soal dibuatnya “Riveria Timur Tengah” di Gaza. Namun negeri itu meyakinkan rencana tersebut tak boleh mengusir warga Palestina.
“Posisi pemerintah saya adalah bahwa kami akan menyambut riveria di Gaza. Saya pikir itu akan luar biasa,” kata Duta Besar Saudi untuk Inggris Pangeran Khalid bin Bandar, dikutip Arab News (13/2/2025).
“Namun, kami tidak akan melakukannya dengan memindahkan orang-orang Palestina, tentu saja tidak memindahkan mereka ke Saudi; mereka tidak ingin pindah,” tambahnya dalam sebuah wawancara dengan London Broadcasting Company (LBC).
Ia menegaskan, tanah itu adalah tanah warga Palestina. Mereka, ujarnya, berhak mendapatkan semua yang terbaik yang dapat diberikan di sana.
“Kami akan menyambut baik upaya Amerika untuk memperbaiki situasi mereka di lapangan,” katanya lagi.
Trump sebelumnya mengatakan AS akan mengambil-alih Gaza. Ia akan mengembangkan properti di sana, membuatnya menjadi “Riviera Timur Tengah”.
Namun di saat yang sama, usulan Trump juga ingin memindahkan warga Palestina dari kantong itu. Hal tersebut memicu kecaman keras di seluruh dunia Arab dan sebagian besar Eropa.
Selama konferensi pers dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu minggu lalu, Trump menyebut Gaza sebagai lokasi pembongkaran dan menyarankan agar warga Palestina dipindahkan ke negara lain untuk mendapatkan kondisi kehidupan yang lebih baik.
Israel dan Netanyahu melangkah lebih jauh dengan menyarankan agar Arab Saudi mendirikan negara bagi warga Palestina di dalam Kerajaan, yang memicu reaksi keras dan kecaman di seluruh dunia Arab.
“Anda tahu, kami senang menerima orang dan kami adalah negara yang ramah. Jika ada situasi yang mengharuskan mereka datang ke Saudi, maka mereka dipersilakan untuk datang, tetapi saya rasa mereka tidak ingin pergi,” jelas Khalid lagi ketika ditanya apakah Arab Saudi akan menyediakan relokasi sementara bagi warga Gaza.
“Mereka ingin mempertahankan tanah yang telah diancam akan mereka hilangkan. Dan saya pikir itu yang paling penting,” tambahnya.
Namun, lanjutnya, sebelum pembangunan kembali Gaza, wilayah itu harus dibersihkan dan perlu ada semacam mekanisme perdamaian. Pemerintah Palestina pun wajib diakui oleh semua pihak, termasuk Israel.
“Anda tahu, 75 tahun yang lalu, banyak warga Palestina meninggalkan rumah mereka dan kehilangannya. Saya rasa mereka tidak ingin melakukannya lagi,” kata Khalid.
“Sangat sederhana, solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota,” tegasnya member solusi.
Sementara itu, berbagai laporan mengindikasikan bahwa Trump dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) akan bertemu dalam beberapa bulan mendatang. Trump juga mengatakan bahwa ia berencana untuk mengunjungi Arab Saudi dan negara-negara lain di Timur Tengah.
Khalid mengatakan bahwa MBS dan presiden AS cukup sering berhubungan melalui saluran diplomatik dan panggilan telepon. Keduanya, ujarnya, memiliki hubungan yang baik.
“Sangat penting bagi kami untuk menyelesaikan ini dan menyampaikan bukan hanya posisi Saudi, tetapi juga posisi kawasan,” katanya tentang konflik Gaza.
“Kita lupa bahwa [Trump] telah menjabat satu periode. Kita tahu apa yang terjadi. Dunia tidak kiamat. Malah, banyak bagian dunia yang membaik,” katanya. (hanoum/arrahmah.id)