RIYADH (Arrahmah.com) – Setelah sebagian besar meninggalkan harapan bahwa Amerika akan menjadi ujung tombak upaya internasional untuk menggulingkan rezim Assad, sebuah usaha baru yang lebih besar dimulai untuk melatih pasukan oposisi Suriah. Menurut laporan tiga sumber yang mengetahui program ini, Riyadh telah meminta bantuan instruktur Pakistan untuk melakukannya, tulis Foreign Policy seperti dikutip Kavkaz Center (12/11/2013).
Pakistan dan Saudi Arabia bersama-sama dengan tuan mereka dari CIA yang juga pernah mendukung Mujahidin Afghanistan melawan pemerintah yang didukung Soviet selama tahun 1980-an. Kolaborasi tersebut untuk hari ini berisi catatan penting : para pemberontak Afghan mengalami keretakan dan tidak mampu memerintah setelah jatuhnya rezim lama, membuka jalan bagi bangkitnya Taliban.
Sedangkan resiko untuk Demokrasi Dunia telah dibahas di Riyadh. Seorang sumber yang mengetahui program pelatihan itu menggambarkannya sebagai penangkal Jihad, bukan penyebab potensial untuk hal tersebut. Mereka telah menggambarkan upaya kerajaan Saudi memiliki dua gol, yaitu untuk menggulingkan rezim kafir Assad dan melemahkan kekuatan Mujahidin di Suriah. Pangeran Turki, mantan kepala mata-mata Saudi dan utusan untuk washington, mengatakan dalam wawancara baru-baru ini bahwa kubu oposisi utama (oposisi pro-Barat dan Demokrasi-red) harus diperkuat sehingga dapat melindungi diri dari “kaum ekstrimis yang datang dari seluruh tempat” untuk mendirikan Syariah di Suriah.
Upaya Saudi telah didorong oleh kekecewaan mereka dengan Amerika. Sumber Saudi mengatakan bagaimana Riyadh telah memutuskan untuk bergerak maju dengan rencana tersebut setelah menyimpulkan bahwa Obama begitu lemah dan tidak siap untuk bergerak lebih agresif untuk menggulingkan Assad.
“Kami tidak tahu apakah Amerika akan memberikan dukungan atau tidak,” ujarnya seperti dilansir Foreign Policy. “Kini kami tahu, presiden (Obama) hanya tidak mau melakukannya.”
Peran Islamabad sejauh ini relatif kecil, meskipun sumber lain mengatakan bahwa saat ini sedang diperdebatkan untuk memberikan Pakistan tanggung jawab untuk pelatihan dua brigade oposisi atau sekitar 5.000-10.000 pejuang. Cernegie Middle East Center menuliskan bahwa Saudi berencana membangun kekuatan sekitar 40.000-50.000 tentara.
“Satu-satunya cara Assad akan berpikir tentang menyerahkan kekuasaan jika dia dihadapkan dengan ancaman kredibel, kekuatan bersenjata,” klaim sumber.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri menolak untuk mengomentari program pelatihan Saudi ini. (haninmazaya/arrahmah.com)