RIYADH (Arrahmah.id) — Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan enggan bergabung dalam koalisi internasional bentukan Amerika Serikat (AS) di Laut Merah.
Meski begitu, disebutkan ada perbedaan pendapat antara Arab Saudi dan UEA soal penanganan angkatan bersenjata Yaman yang saat ini dikendalikan milisi Syiah Houthi.
Friksi antara Arab Saudi dan UEA ini dinilai menghambat upaya AS untuk melawan ancaman dari Syiah Houthi yang terus menargetkan kapal kargo berentitas Israel di Laut Merah.
Dilansir Bloomberg (18/12/2023), mengutip sumber, perbedaan sikap Arab Saudi dan UEA mempersulit upaya koalisi pimpinan AS untuk membentuk tanggapan yang koheren terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.
Perbedaan sikap itu berkutat pada aksi di lapangan. UEA dilaporkan mendukung aksi militer, sedangkan Riyadh mengambil pendekatan yang lebih diplomatis.
Pertimbangan Riyadh didasari agar langkah meredam Houthi di Laut Merah tidak memprovokasi dan membahayakan perundingan perdamaian negara kerajaan tersebut dengan Yaman yang sedang berlangsung dengan pemerintah de facto di Sanaa.
Sedangkan Abu Dhabi juga ingin AS memasukkan kembali kelompok Houthi ke dalam daftar organisasi teroris.
Sebagai informasi, Arab Saudi dan EUA, keduanya negara Teluk, adalah mitra dalam koalisi Arab yang telah melancarkan perang terhadap Yaman sejak tahun 2015.
Perang yang dilancarkan Arab Saudi dan UEA itu dalam upaya keduanya untuk mengembalikan pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.
Seperti diketahui, Houthi mengambil alih pemerintahan Yaman setelah penggulingan kekuasaan pada Revolusi 21 September 2015.
Meskipun berada di pihak yang sama melawan Houthi, kedua negara terkadang berselisih mengenai agenda mereka yang saling bertentangan di Yaman.
Arab Saudi mendukung milisi pro-pemerintah, sementara Abu Dhabi mensponsori Dewan Transisi Selatan (STC) yang cenderung separatis.
Juga pada Senin, Pentagon mengumumkan pembentukan “inisiatif keamanan multinasional”, yang disebut Operation Prosperity Guardian di Laut Merah.
Koalisi ini terdiri dari 10 negara, termasuk Bahrain, Inggris, Kanada, Prancis, Italia, dan Seychelles.
Gugus tugas tersebut bertujuan untuk mengatasi eskalasi serangan Houthi yang berasal dari Yaman belakangan ini. Namun, Arab Saudi dan UEA, serta Mesir, tidak termasuk dalam koalisi tersebut.
Angkatan Laut Yaman yang bersekutu dengan Houthi memang telah melakukan beberapa operasi militer di Laut Merah.
Terbaru, serangan menargetkan kapal berbendera Norwegia yang menuju Israel dengan menggunakan rudal secara langsung.
Kelompok Houthi juga menahan sebuah kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan menargetkan Israel selatan dengan rudal dan drone.
Houthi bersumpah untuk melanjutkan tindakan ini sampai serangan militer terhadap warga Palestina di Gaza berhenti.
Dilaporkan juga kalau Sanaa telah terlibat dalam pembicaraan yang ditengahi Oman dengan “pihak internasional” mengenai operasi angkatan lautnya di Laut Merah dan Laut Arab.
Meski begitu, gerakan tersebut tidak merinci negara mana yang terlibat atau kapan pembicaraan tersebut berlangsung. (hanoum/arrahmah.id)