RIYADH (Arrahmah.com) – Pejabat Saudi dan AS pada Senin (29/6/2020) mendesak komunitas global untuk memperpanjang embargo senjata PBB terhadap Iran, dengan mengatakan bahwa jika gagal melakukan hal itu akan memungkinkan Teheran untuk lebih lanjut mempersenjatai proksi dan menggoyahkan Timur Tengah.
Pembatasan senjata di Iran akan berakhir pada Oktober di bawah ketentuan perjanjian nuklir Teheran 2015 dengan kekuatan dunia. Dewan Keamanan PBB akan memutuskan masalah ini dan negara-negara yang memiliki hak veto memberi sinyal bahwa mereka menentang penerapan kembali larangan tersebut.
“Meskipun ada embargo, Iran berupaya memberikan senjata kepada kelompok-kelompok teroris, jadi apa yang akan terjadi jika embargo dicabut? Iran akan menjadi lebih ganas dan agresif, “Menteri Luar Negeri Arab Saudi untuk urusan luar negeri Adel al-Jubeir mengatakan pada konferensi pers bersama dengan utusan AS Iran Brian Hook di Riyadh.
Arab Saudi dan Iran terkunci dalam beberapa perang proksi di wilayah tersebut, termasuk di Yaman di mana koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi teroris Syiah Houtsi yang berpihak Iran selama lima tahun.
Jubeir mengatakan pengiriman senjata Iran menuju Houtsi ditangkap baru-baru ini pada Ahad. Hook mengatakan pengiriman serupa dicegat pada Februari dan November lalu.
Tempat konferensi menampilkan senjata, termasuk drone dan rudal, yang oleh pihak berwenang Saudi katakan digunakan dalam serangan lintas batas Houtsi di kota-kota Saudi.
“Kami mendesak masyarakat internasional untuk memperpanjang embargo penjualan senjata ke Iran dan pada kemampuan Iran untuk menjual senjata ke dunia,” kata Jubeir.
Iran membantah mempersenjatai kelompok-kelompok di Timur Tengah, termasuk Houtsi, dan menyalahkan ketegangan regional terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Teluknya.
Hook mengatakan mencabut larangan itu akan “hanya memberanikan diri” Teheran, mendorong ketidakstabilan yang lebih besar, dan memicu perlombaan senjata regional. “Ini bukan hasil yang bisa diterima Dewan Keamanan PBB,” tambahnya.
Iran telah memperingatkan akan menanggapi jika embargo diperpanjang dan mengatakan keputusan seperti itu akan membahayakan pakta nuklir 2015, di mana Teheran setuju untuk menghentikan program pengayaan uranium yang disengketakan sebagai imbalan bantuan sanksi.
Washington menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, mendorong Teheran untuk berhenti mematuhi pembatasan utama yang dikenakan pada aktivitas nuklirnya dengan kesepakatan itu.
(fath/arrahmah.com)