RIYADH (Arrahmah.id) — Kedutaan Besar Arab Saudi di Amerika Serikat (AS) buka suara menyusul laporan penahanan dan vonis 30 tahun penjara terhadap salah satu pangeran keluarga kerajaan, Abdullah bin Faisal Al Saud.
Berdasarkan dokumen pengadilan Saudi yang didapat Associated Press (AP) (3/11/2022), Pangeran Abdullah ditahan dan dipenjara sepulangnya dari meraih gelar gelar pascasarjana di AS pada 2020.
Pangeran Abdullah ditangkap karena dianggap pernah berbicara dengan kerabatnya melalui telepon soal penahanan sepupunya yang juga pangeran Saudi saat berada di AS. Percakapan itu ketahuan dinas rahasia Saudi.
Pangeran Abdullah juga dituduh pernah menggunakan telepon umum di Boston untuk berbicara dengan pengacara soal kasus penangkapan sepupunya itu. Ia diduga mengirim uang US$9 ribu untuk membayar tagihan apartemen sepupunya itu di Paris.
Teman-temannya mengatakan Pangeran Abdullah tiba-tiba diminta pulang ke kampung halaman dengan tiket pesawat yang disediakan pemerintah Saudi. Ia disebut diminta belajar jarak jauh selama pandemi.
Namun Kedubes Saudi membantah keras tindakan negaranya memata-matai dan mengintai aktivitas warganya di luar negeri, terutama orang-orang yang menjadi target karena mengkritik kerajaan.
Hanya saja Saudi menilai bahwa tindakan yang dilakukan Pangeran Abdullah bisa mengganggu kekacauan, gangguan, aliansi sosial, dan mendukung ‘musuh’ kerajaan.
Sejak Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menjadi pemimpin de facto Saudi, negara Timur Tengah itu makin gemar menahan para pengkritik seperti ulama, aktivis, hingga anggota keluarga kerajaan.
Pangeran Abdullah merupakan mahasiswa pascasarjana di Universitas Northeastern Boston yang telah tinggal di AS untuk beberapa waktu. Menurut teman-temannya, Abdullah kerap menghindari berbicara soal politik Saudi apalagi soal identitasnya dari keluarga kerajaan Arab Saudi.
Pangeran Abdullah dianggap fokus pada studi, rencana karir, dan cintanya terhadap sepak bola.
Namun, Pangeran Abdullah diketahui berasal dari salah satu cabang keluarga kerajaan Saudi yang menjadi sasaran penahanan rezim MBS.
Pangeran Abdullah bahkan dianggap sebagai kritikus kerajaan hingga saingan MBS sejak sang putra mahota mengkonsolidasikan kekuasaan di bawah sang ayah, Raja Salman, yang sudah lanjut usia.
(hanoum/arrahmah.id)