RIYADH (Arrahmah.com) – Kabinet Saudi menekankan pada hari Selasa (23/6/2020) bahwa keamanan Mesir “tidak terpisahkan” dari Kerajaan dan seluruh bangsa Arab.
Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdulaziz mengetuai pertemuan virtual pemerintah yang diadakan pertama kalinya di tengah wabah coronavirus tersebut.
Para menteri menambahkan bahwa Arab Saudi “berpihak pada Mesir dalam haknya untuk mempertahankan perbatasan dan orang-orangnya melawan para ekstrimis dan milisi teroris serta para pendukung mereka di kawasan itu.”
Mesir memiliki hak “untuk melindungi perbatasan baratnya dari terorisme,” tambah mereka, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab dalam mencapai solusi komprehensif untuk konflik Libya.
“Solusinya harus menghormati integritas teritorial negara itu, memulihkan institusi negara, menghilangkan teroris dan milisi ekstrimis dan mengakhiri campur tangan asing secara ilegal yang hanya memicu terorisme di wilayah ini,” kata para menteri.
Kabinet juga mengulangi kecaman Kerajaan atas serangan Turki dan Iran di wilayah Irak tempat mereka menindak militan Kurdi di utara negara itu.
Serangan itu adalah “pelanggaran mencolok” terhadap negara Arab dan ancaman terhadap keamanan Arab dan regional, kata pemerintah.
Arab Saudi mendukung Irak dalam semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan stabilitasnya, katanya.
Para menteri juga diberi pengarahan tentang perkembangan lokal dan internasional terbaru terkait pandemi coronavirus. Mereka menekankan perlunya warga negara, penduduk, dan pengusaha untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menghormati tindakan pencegahan ketika kehidupan berangsur-angsur kembali normal di Kerajaan. Arab Saudi telah mengangkat lockdown pada hari Minggu (21/6) dan memberlakukan serangkaian tindakan pencegahan untuk mengekang penyebaran penyakit ini.
Penjabat Menteri Media Dr. Majid al-Qasabi mengungkapkan bahwa kabinet juga membahas keputusan Arab Saudi baru-baru ini untuk mengadakan ziarah haji tahunan dengan jumlah peziarah yang sangat terbatas dan hanya untuk orang-orang yang tinggal di dalam Kerajaan.
Dia menekankan kepada Saudi Press Agency bahwa langkah tersebut berasal dari ketajaman kepemimpinan dalam mengadakan ritual suci di tengah kondisi yang aman untuk melindungi kehidupan terhadap pandemi.
Pada serangan baru-baru ini oleh Houtsi yang didukung Iran terhadap Kerajaan, para menteri mengecam milisi, menuduh mereka sengaja menargetkan warga sipil dalam operasi teroris mereka yang gagal yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional.
Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi mencegat dan menjatuhkan pada hari Senin (22/6) tiga rudal balistik Houtsi dan delapan pesawat tanpa awak yang diterbangkan oleh Houtsi di Yaman menuju Kerajaan. (Althaf/arrahmah.com)