RIYADH (Arrahmah.id) — Arab Saudi dilaporkan berencana hukum mati tiga warganya gegara menentang pembangunan mega proyek NEOM kontroversial yang dikenal The Line.
Sejumlah ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuturkan ketiga pria itu berasal dari suku Howeitat yang tinggal di daerah proyek pembangunan The Line dan terkena dampak penggusuran.
Ketiganya ditangkap dengan dakwaan terorisme dan dijatuhi vonis hukuman mati pada 5 Agustus 2022 lalu karena menolak penggusuran paksa. Hukuman mereka dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Pidana Khusus pada Januari lalu.
“Terlepas dari dakwaan terorisme, mereka (ketiga pria) dilaporkan ditangkap karena menolak penggusuran paksa atas nama proyek NEOM dan pembangunan kota The Line sepanjang 170 kilometer,” bunyi pernyataan para ahli PBB pada awal Mei lalu.
“Ahli PBB hari ini mengungkapkan kekhawatiran atas risiko eksekusi tiga anggota suku Howeitat di Saudi yang akan segera terjadi dan mendesak pihak berwenang menghentikan proses tersebut,” seperti dikutip dari CNN (11/5/2023).
Ketiga warga itu bernama Shadly Ahmad Mahmoud Abou Taqiqa al-Huwaiti, Ibrahim Salih Ahmad Abou Khalil al-Huwaiti, dan Atallah Moussa Mohammed al-Huwaiti.
Selain Ahmad, Ibrahim, dan Atallah, ada tiga suku Howeitat lainnya yang ikut divonis hukuman penjara jangka panjang karena menyerukan penentangan serupa.
Ketiganya ialah Abdelnasser Ahmad Mahmoud Abou Taqiqa al-Huwaiti yang divonis 27 tahun bui; Mahmoud Ahmad Mahmoud Abou Taqiqa al-Huwaiti yang divonis 35 tahun penjara; dan Abdullah Dakhilallah al-Huwaiti divonis hingga 50 tahun penjara.
Ahli PBB juga mendesak Saudi menyelidiki tuduhan penyiksaan dan perlakuan buruk yang diterima keenam pria tersebut selama mendekam dipenjara.
PBB juga meminta pihak berwenang meninjau kembali vonis hukuman terhadap enam pria tersebut yang dianggap tidak melewati batas yang mengharuskan mereka dihukum mati dan penjara dengan waktu yang panjang.
“Keenam orang tersebut telah didakwa berdasarkan undang-undang Saudi 2017 yang terlalu bias tentang pemberantasan kejahatan terorisme dan pendanaannya,” kata para ahli.
Sejak diangkat menjadi Putra Mahkota atau penguasa de facto Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) memang berambisi mengubah Saudi menjadi negara yang lebih modern.
Demi mencari sumber pemasukan baru selain dari minyak, MbS meluncurkan sejumlah proyek pembangunan ambisius untuk mengembangkan investasi dan pariwisata Saudi, salah satunya proyek NEOM.
Kota futuristik NEOM akan dibangun di Tabuk, barat laut Saudi yang menghadap Mesir di seberang Laut Merah.
MbS mengklaim Kota NEOM akan dibangun seluas 26.500 kilometer di atas tanah gurun yang gersang lengkap dengan teknologi tinggi dan memiliki kapasitas untuk 450 ribu orang pada 2026 serta sembilan juta penduduk pada 2045. Kota futuristik ini rencananya selesai bertahap mulai 2025.
Di dalam NEOM, Saudi akan membangun gedung pencakar langit disebut The Line, yang berbentuk garis memanjang dengan tinggi 500 meter, lebar 200 meter, dan panjang hingga 170 kilometer.
MbS selaku Dewan Direksi Pembangunan NEOM mengumumkan desain The Line pada 25 Juli lalu.
MBS juga mengatakan keputusan membangun proyek itu dilakukan berdasarkan kesimpulan persiapan dan perencanaan yang sudah dilakukan selama 3 tahun belakangan ini. Ia menambahkan, infrastruktur proyek itu akan bernilai US$100 miliar hingga US$200 miliar.
Kota NEOM ini hanya satu dari banyak mega proyek ambisius MbS untuk mengubah wajah Saudi lebih moderat dan menjadi salah satu tujuan investasi hingga pariwisata turis asing. (hanoum/arrahmah.id)