TEHERAN (Arrahmah.id) – Sejak akhir April, laju eksekusi di Iran telah meningkat secara dramatis, dan antara 25 April dan 13 Mei, lembaga berwenang negara tersebut telah mengirim setidaknya 75 tahanan ke tiang gantungan, menempatkan jumlah rata-rata hukuman mati yang dilakukan pada periode ini pada jumlah yang mengkhawatirkan, satu eksekusi kira-kira setiap enam jam.
Pemeriksaan kasus eksekusi oleh The New Arab menunjukkan bahwa pada 13 Mei saja, sembilan tahanan digantung di Kerman, Masyhad dan Khoram Abad karena pelanggaran terkait narkoba.
10 Mei adalah hari eksekusi lainnya di Iran, dengan sepuluh orang dieksekusi di berbagai kota di seluruh negeri. Sebelum fajar hari itu, tiga terpidana kejahatan terkait perdagangan narkoba digantung di penjara Ghezel Hesar di Karaj, sebuah kota sekitar 50 kilometer di sebelah barat ibu kota Teheran. Juga pada hari yang sama di kota yang sama, empat pria lain yang dinyatakan bersalah dalam kasus pemerkosaan dieksekusi di penjara Rajaee Shahr.
Dua pria yang dituduh melakukan perdagangan narkoba di penjara pusat Arak dan satu pria yang dihukum karena pembunuhan di penjara Dizel Abad di kota Kurdi Kermanshah adalah narapidana lain yang tidak melihat matahari terbit pada 10 Mei.
Tren berlanjut untuk pekan kedua bulan Mei. Iran, setelah Cina memiliki jumlah eksekusi tertinggi di dunia.
Pada Selasa, 8 Mei, empat orang dieksekusi di Shiraz dan Semnana. Pada Senin (7/5), tiga orang digantung di Isfahan, Dezful dan Zahedan. Pada Sabtu (13/5), hukuman mati dilakukan untuk menghukum empat pria di kota Salmas dan Zanjan.
Kehidupan empat pria lainnya diakhiri dengan tali gantung pada tanggal 5 Mei di penjara pusat Urumieh.
Menurut analisis data TNA yang diterbitkan dalam laporan tentang eksekusi, setidaknya lima dari sepuluh orang yang dieksekusi pada 10 Mei berasal dari minoritas agama dan etnis Baluch yang tinggal di provinsi timur Sistan-o Baluchistan.
Organisasi Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia pertama kali memperingatkan tentang meningkatnya jumlah eksekusi di Iran pada 5 Mei.
Dalam sebuah laporan, Hak Asasi Manusia Iran menyatakan bahwa selama sepuluh hari sebelum 5 Mei, 42 tahanan – 22 dari minoritas Baluch – digantung di penjara Iran.
Kelompok hak asasi memperingatkan bahwa eksekusi digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat dan menuntut agar masyarakat internasional bereaksi secara bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah eksekusi di Iran.
“Tujuan utama eksekusi ini adalah untuk mengintimidasi masyarakat, bukan untuk melawan kejahatan,” kata direktur organisasi hak asasi manusia ini, Mohammad Amiri-Moghadam.
Sebuah laporan pada 2022 tentang jumlah eksekusi di Iran menunjukkan bahwa minoritas Baluch mencapai 30 persen dari semua eksekusi tahun lalu, sementara kelompok minoritas ini hanya mewakili sekitar enam persen dari populasi negara tersebut.
Orang-orang Baluch, yang sebagian besar Sunni, berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak September lalu ketika Iran dilanda demonstrasi anti-kemapanan.
Setidaknya 128 orang tewas di provinsi Sistan-o-Baluchistan Iran selama protes yang diadakan setelah shalat Jumat di wilayah ini.
Pada 5 Mei, saat khutbah Jumat, Molavi Abdolhamid, pemimpin Sunni yang paling dihormati di Iran dari komunitas Baluch, mengecam keras pendirian eksekusi terhadap orang Baluch.
“Pemerintah mana yang membunuh rakyatnya sendiri? Bagaimana Anda bisa mempercayai mereka yang membunuh rakyatnya sendiri?” katanya saat khotbah.
“Apa yang telah Anda lakukan untuk orang-orang di Sistan-o Baluchistan yang sekarang Anda eksekusi? … satu-satunya seni [yang] Anda miliki adalah eksekusi,” tambah Abdolhamid, mengacu pada kemiskinan yang meluas di Sistan-o Baluchistan, provinsi paling miskin di Iran.
Setelah khotbah 5 Mei, demonstrasikan di kota Zahedan meneriakkan: “jatuhkan republik eksekusi”, mencela tingginya jumlah hukuman gantung pada pekan pertama bulan Mei.
Fariba Baluch, seorang aktivis hak asasi manusia dari wilayah ini, dalam wawancara Desember 2022, mengatakan kepada TNA bahwa lembaga tersebut menggunakan eksekusi untuk kejahatan terkait narkoba di provinsi ini untuk secara sistematis menekan kelompok minoritas yang menuntut hak-hak dasarnya.
Sementara itu, Organisasi Hak Asasi Manusia Iran memperingatkan pada 12 Mei bahwa otoritas Iran melakukan lebih banyak eksekusi pada pertengahan Mei, mengatakan bahwa 22 orang, termasuk enam wanita, diberitahu tentang eksekusi mereka yang akan segera dilakukan di dua penjara di Isfahan.
“Tren percepatan eksekusi terus berlanjut di Iran, dan jika komunitas internasional tidak mengambil langkah serius untuk menghentikan mesin pembunuh Republik Islam, ratusan akan menjadi korbannya dalam beberapa bulan mendatang,” kata Amiry-Moghaddam, direktur organisasi hak asasi manusia. (zarahamala/arrahmah.id)