NEW YORK (Arrahmah.com) – Satu dari empat Muslimah yang mengenakan hijab di kota New York telah mengalami tindak pelecehan dan kekerasan di kereta bawah tanah, menurut survei terbaru.
Survei yang dirilis pada Selasa (19/6/2018) oleh Komisi Hak Asasi Manusia New York mengungkapkan diskriminasi dan pelecehan dihadapi oleh Muslim dan agama minoritas lainnya dalam beberapa tahun terakhir, lansir Daily Sabah pada Kamis (21/6).
Responden Muslim, Yahudi atau Sikh mengatakan bahwa mereka tidak melaporkan insiden, mulai dari bias hingga serangan fisik, karena mereka takut atau ragu mereka akan dianggap serius.
Temuan survei menunjukkan bahwa antara Juli 2016 dan akhir 2017 hampir dua dari lima (38,7 persen) responden dilecehkan secara verbal, sekitar 8,8 persen pernah mengalami serangan fisik.
Sembilan belas persen dari mereka yang memakai pakaian religius telah didorong di peron kereta bawah tanah, termasuk 27 persen Muslimah yang mengenakan hijab.
Hampir satu dari enam (16,6 persen) melaporkan diskriminasi rasial, agama atau etnis saat bekerja atau mencari pekerjaan. Sepuluh persen Muslim dihalang-halangi dari mempraktekkan ritual agama di tempat kerja.
Sikh di bawah usia 35 tahun lebih banyak menjadi target diskriminasi, mengalami pelecahan verbal dua kali lebih sering daripada yang lain.
Delapan dari 10 responden Yahudi melaporkan vandalisme anti-semit atau kerusakan properti.
Lebih dari 70 persen responden mengatakan mereka tidak melaporkan insiden tersebut kepada polisi atau orang lain karena mereka takut pembalasan atau tidak menerima bantuan ketika melaporkan insiden sebelumnya.
Ketua komisi Carmelyn Malais mengatakan seperti dilansir CNN bahwa “Tidak ada seorang pun di New York yang memiliki izin untuk mendiskriminasi atau melecehkan orang lain karena siapa mereka, di mana mereka berdoa, atau negara asal mereka”.
“Komisi Hak Asasi Manusia NYC dengan serius dan sangat berdedikasi berupaya memerangi insiden yang bermotif bias,” tambahnya.
Komisi mendesak saksi-saksi dari insiden tersebut untuk proaktif untuk campur tangan.
Seorang Musliman, Souad Kirama, yang diserang secara fisik oleh gadis-gadis remaja di sebuah restoran Brooklyn pada tahun lalu mengatakan: “Orang-orang hanya berdiri di sana menyaksikan saya dipukuli dan disebut teroris. Tidak pernah dalam hidup saya menyaksikan kekerasan semacam ini.”
“Kini lebih dari sebelumnya, sangat penting bahwa semua orang di New York menentang diskriminasi dan kebencian kapan pun dan di mana pun mereka melihatnya,” ujar Kirama pada konferensi pers. (haninmazaya/arrahmah.com)