WASHINGTON (Arrahmah.com) – Dunia bawah tanah para hacker di AS telah begitu rapi disusupi oleh FBI dan dinas rahasia yang sekarang hidup dengan penuh paranoia dan ketidakpercayaan, dengan diperkirakan bahwa di antara empat hacker yang ada di AS, satu di antaranya adalah informan lembaga-lembaga tersebut, Guardian melansir pada Senin (6/6/2011).
Unit kepolisian yang menangani kejahatan cyber telah sukses memaksa para penjahat online untuk bekerja sama dengan proyek ‘penyelidikan’. Jika mereka mau, mereka diancam dengan hukuman penjara dalam waktu yang sangat lama.
Dalam beberapa kasus, para hacker yang dijadikan informan ini masuk ke dalam situs-situs untuk mengumpulkan identitas dan nomor kartu kredit.
Eric Corley, yang menerbitkan hacker triwulanan, 2600, memperkirakan bahwa 25% dari hacker yang ada di AS kemungkinan besar telah direkrut oleh pemerintah federal untuk menjadi mata dan telinga negara.
“Karena sanksi-sanksi keras dan kurangnya pengalaman mereka dengan dengan hukum, mereka (para hacker) lebih rentan terhadap intimidasi,” kata Corley pada Guardian.
“Hal itulah yang menegangkan,” kata John Young, yang menjalankan Cryptome, sebuah situs yang menyimpan dokumen-dokumen yang dipublikasikan Wikileaks.
“Ada puluhan dan puluhan hacker yang telah dibeli oleh orang yang mereka pikir bisa mereka percayai.”
Contoh paling terkenal adalah Adrian Lamo. Lamo dibayar untuk menjadi informan pemerintah dari Bradley Manning, yang dicurigai membocorkan dokumen-dokumen rahasia pada WikiLeaks.
Manning telah mengadakan percakapan melalui pesan instan dengan Lamo. Ternyata Lamo membayar kkembali kepercayaan tersebut dengan segera menyerahkan Manning kepada penguasa militer. Manning kini sudah dalam tahanan selama lebih dari setahun.
Tantangan terbaru bagi FBI dalam hal pelanggaran domestik AS adalah kerja sama anarkis kaum “hacktivis” yang telah meluncurkan beberapa serangan besar cyber dalam beberapa bulan terakhir. Dalam kasus terbaru kelompok yang menyebut diri Lulz Security meluncurkan serangan besar terhadap organisasi InfraGard, salah satu organisasi yang memiliki afiliasi dengan FBI. Serangan tersebut telah membuat Pentagon geram dan menabuh genderang perang cyber.
Lulz Security besama dengan dengan kelompok Anonymous yang telah meluncurkan serangan terhadap perusahaan termasuk Visa dan MasterCard sebagai protes terhadap keputusan mereka untuk memblokir sumbangan terhadap WikiLeaks.
Barrett Brown, yang telah bertindak sebagai juru bicara Anonymous, mengatakan bahwa kelompoknya sadar terhadap kepentingan FBI.
“FBI selalu ada dimanapun. Selalu mengawasi, selalu dalam hadir dalam ruang perbincangan maya anda,” pungkasnya. (althaf/arrahmah.com)