SAMPANG (Arrahmah.com) – Memasuki musim kemarau, sejumlah Desa di Kabupaten Sampang Madura, Jawa Timur mulai kekeringan. Musibah yang terjadi setiap tahun itu kini mulai melanda wilayah langganan rawan kekeringan di antaranya daerah Kecamatan Kedungdung, Kecamatan Karang Penang, Kecamatan Robatal, Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Pangarengan.
Persoalannya, program pemerintah untuk mengatasi kekeringan belum menemukan solusi yang tepat sehingga masalah kekeringan tak pernah selesai. Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sampang Amin Arif Tirtana, mengatakan bahwa selama ini program pemerintah untuk mengarasi kekeringan kurang efektif. Sebab. pembangunan sumur bor di sejumlah titik justru tidak tepat sasaran. Sehingga. airnya tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal oleh masyarakat.
“Program PDAM juga tidak berjalan, karena sumber bor dan pompanya tidak berjalan maksimal. Jadi, butuh manajemen yang lebih bagus lagi,” terang Amin Arif Tirtana, Selasa (19/8/2014), tulis beritajatim.com.
Sementara terkait dropping air melalui PDAM, Amin menilai juga tidak berjalan maksimal. Sebab itu hanya membantu warga yang sifatnya sementara, sedangkan kasus kekeringan itu terjadi setiap tahun. Sehingga, butuh solusi permanen.
“Kalau droping air melalui tangki itu tidak mencukupi. Masyarakat masih mengaluarkan uang untuk tambahan pembelian air,” tegasnya.
Selama ini. pihaknya mengaku akan terus mendorong Pemkab untuk mencarikan solusi khususnya progam pengeboran-pengeboran sumur di wilayah rawan kekeringan
Jombang
Adapun di Jombang krisis air bersih melanda wilayah ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang mengirimkan 4000 liter air bersih ke Dusun Wonorejo, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Itu dilakukan untuk mengatasi krisis air bersih di kawasan tersebut. Di Dusun Wonorejo terdapat 24 KK (Kepala Keluarga).
“Debit air sumur mulai berkurang. Makanya, warga meminta kiriman air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi masih satu dusun yang meminta kiriman air bersih,” kata Kepala BPBD Jombang, Nur Huda, Selasa (26/8/2014).
Nur Huda menjelaskan, hari ini pihaknya mengirimkan satu tangki air bersih atau sebanyak 4000 liter. Ribuan liter air itu kemudian ditampung dalam tandon air yang sudah disediakan oleh warga. Selanjutnya, warga mengambil air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. “Pengiriman kita lakukan empat hari sekali,” tambahnya.
Dia mengungkapkan, kondisi alam Dusun Wonorejo merupakan daerah perbukitan. Sudah begitu, tanaman di punggung bukit yang berfungsi menyerap air juga sudah gundul. Sehingga, lokasi tersebut tidak mampu menyerap air hujan. Nah, katika tiba musim kemarau, warga kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur-sumur warga mulai mengalami penurunan debit sejak dua minggu terakhir ini.
Sebenarnya, lanjut Nur Huda, warga bisa memanfaatkan sumber air bersih di kaki bukit. Hanya saja, jarak antara pemukiman dengan sumber air tersebut cukup jauh, yakni sekitar 10 kilometer. Praktis, solusi satu-satunya adalah mendatangkan air bersih melalui bantuan BPBD. “Warga tidak membayar. Karena kiriman air bersih itu sifatnya gratis,” pungkas Nur Huda usai melakukan distribusi air bersih. (azm/arrahmah.com)