BALIKPAPAN (Arrahmah.com) – Menyongsong bulan suci Ramadhan, puluhan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISID), Balikpapan, Kaltim, angkatan ke-VIII 2013 dikirim untuk berdakwah dan pengbdian pembinaan keummatan di masyarakat, ke Sulawesi akhir Juni lalu.
Pelepasan mahasiswa itu merupakan rangkaian tugas kerja kuliah nyata mahasiswa yang dalam lingkup civitas akademika STISID Balikpapan disebut PKD atau Praktek Kerja Dakwah.
Diantaranya puluhan mahasiswa STISID yang seluruhnya perempuan itu ditugaskan ke pulau Sulawesi. Di sana mereka kemudian disebar lagi ke berbagai wilayah yang ada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Ketua STISID Balikpapan Abdul Ghofar Hadi, mengatakan, istilah PKD atau Praktek Kerja Dakwah adalah istilah khusus yang dipakai STIS Hidayatullah Balikpapan untuk menerjunkan mahasiswa dan mahasiswi-nya dalam mengemban kuliah praktek di masyarakat.
Adapun perguruan tinggi lain memakai istilah KKN atau Kuliah kerja Nyata untuk mahasiswa di tingkat akhir.
Ghofar mengatakan ada beberapa perbedaan PKD dengan KKN. “Secara istilah PKD memberikan spirit ruhiyah dari perjalanan para Nabi, sahabat, dan ulama yang telah berjasa melakukan kerja dakwah sehingga Islam bisa kita dinikmati hingga saat ini,” ujarnya.
“Sebagaimana saat kuliah, tempat PKD juga tidak dicampur antar mahasiswa dan mahasiswi,” kata Ghofar hari ini.
Selain itu lanjut dia, tempat PKD untuk mahasiswi ditempatkan di Pesantren-Pesantren Hidayatullah berbagai wilayah yang ada kampus putrinya sebagai basecamp. Ini terkait dengan penjagaan syari’at dan hijab yang menjadi prioritas utama.
Lebih dari itu, Ghofar membeberkan, bahwa kegiatan PKD ini lebih konkrit pada kegiatan dakwah dan tarbiyah, tidak simbolis atau seremonial saja.
“Mahasiswi diwajibkan PKD ketika memasuki semester 7 dan ditugaskan tidak secara ramai-ramai tapi dua-dua bahkan ada yang satu orang untuk mengoptimalkan potensinya di PKD,” terang Ghofar.
Para mahasiswa/i dalam tugas PKD ini melakukan pembinaan keummatan seperti ceramah tarawih, khutbah Jumat, bina lingkungan, TK/TPA, serta ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Dengan senantiasa menjaga adab adab Islam yang santun dan beradab.
Mahasiswi ke Pedalaman
Abdul Ghofar Hadi menuturkan sejarah pelaksanaan PKD STIS Hidayatullah, khususnya mahasiswi, sempat mengalami pasang surut.
Pada angkatan-angkatan awal, PKD dilaksanakan di Pesantren Hidayatullah Bontang. Jumlahnya kala itu belum banyak, dan jaraknya dengan kampus STISID di Balikpapan relatif dekat.
“Tapi waktu itu tidak bisa dilanjutkan karena jumlah mahasiswi semakin banyak dan cenderung monoton atau tidak menantang,” tukas beliau.
Setelah beberapa tahun mengalami kevakuman, dua tahun lalu dimulai lagi dirintis PKD di beberapa Pesantren Hidayatullah daerah Sulawesi Selatan.
Tahun lalu, dilakukan ekspansi PKD dengan jumlah 30-an mahasiswi di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Perjuangan kerja nyata menapaktilasi dakwah itu berlangsung selama dua bulan.
Tahun 2013 ini, STIS Hidayatullah telah memberangkatkan PKD mahasiswi pada akhir bulan Juni lalu di tiga propinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara dengan lebih dari 20 titik.
Di antaranya mereka ada yang bertugas di Sulawesi Selatan meliputi Makasar, Bone, Palopo, Belopa, Masamba, Lambara, Engrekang, Pare-Pare dan Wowundula.
Lainnya ada di Sulawesi Barat yang ada tiga daerah Mamuju, Polman dan Baras. Kemudian ada juga mahasiswa PKD di Sulawesi Tenggara meliputi, Kendari, Bau-Bau, Konawe Selatan, Kolaka, Kolaka Utara, Bombana dan Raha.
Ghofar menjelaskan, tujuan dari PKD STIS Hidayatullah adalah untuk memberi kesadaran kepada mahasiswi terhadap kebutuhan tenaga dakwah dan tarbiyah di daerah.
Juga untuk menumbuhkan kepekaan kepada mahasiswi terhadap problematika dakwah dan tarbiyah di daerah
“PKD juga bertujuan memberikan motivasi untuk lebih giat belajar dalam menghadapi medan perjuangan yang nyata di masa datang,” terangnya.
Dengan PKD yang rutin berjalan ini diharapkan mahasiswa akan memperoleh pengalaman belajar yang berharga melalui keterlibatan di daerah secara langsung dengan menemukan, merumuskan, memecahkan dan menanggulangi permasalahan di daerah secara nyata.
“Mahasiswa juga diharapkan memperoleh dan menularkan seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan dari dan kepada santri di daerah dalam program PKD ini,” ujar Ghofar.
Dalam pada itu, jelasnya, program reguler PKD ini merupakan modal awal setiap mahasiswa menjadi kader ideologis. (azmuttaqin/masykur/arrahmah.com)