BERLIN (Arrahmah.id) — Penulis kontroversial Salman Rushdie mengatakan jika negara Palestina didirikan saat ini dan dipimpin Hmas ,maka negara tersebut akan menjadi pemerintahan negara yang mirip Taliban.
Dilansir NDTV (20/5/2024), pernyataan tersebut disampaikan Rushdie pada sebuah festival sastra di Jerman saat ia mempersembahkan buku barunya ‘Knife’, yang menceritakan serangan penikaman terhadap penulisnya pada tahun 2022.
Novelis tersebut juga mengkritik protes mahasiswa anti-Israel, katanya dalam sebuah wawancara dengan televisi Jerman RBB24. Menurutnya, “aneh” bila pemuda progresif malah mendukung Hamas, yang disebutnya sebagai “kelompok teroris fasis”.
Rushdie mengatakan dia telah lama mendukung negara Palestina namun memperingatkan bahwa negara tersebut akan menjadi rezim otoriter seperti Afghanistan.
“Apakah ini yang ingin diciptakan oleh gerakan progresif Kiri Barat?” lanjutnya.
Pria berusia 76 tahun itu mengatakan dia memahami bahwa protes tersebut diluncurkan sebagai reaksi emosional terhadap kematian warga Palestina, “tetapi ketika protes tersebut mengarah ke antisemitisme dan kadang-kadang bahkan mendukung Hamas, maka hal itu menjadi masalah”.
Rushdie mengatakan para pengunjuk rasa setidaknya harus meminta pertanggungjawaban Hamas atas perang tersebut.
Penulis kelahiran India yang juga warga Amerika Serikat itu telah menghadapi ancaman pembunuhan sejak novelnya yang berjudul ‘The Setan Verses’ tahun 1988 dinyatakan sebagai penghujatan oleh pemimpin tertinggi Iran.
Penulis atheis tersebut akhirnya terpaksa bersembunyi. Dia diberikan perlindungan polisi di Inggris, setelah pembunuhan atau percobaan pembunuhan terhadap penerjemah dan penerbitnya yang berulang kali.
Rushdie baru mulai muncul dari pelariannya pada akhir tahun 1990an setelah Iran menyatakan tidak akan mendukung pembunuhannya.
Pada bulan Agustus 2022, Rushdie sempat ditikam 10 kali saat sedang berada di atas panggung di Chautauqua Institution di New Yorkoleh terdakwa Hadi Matar, sehingga menyebabkan satu matanya buta. (hanoum/arrahmah.id)