CILACAP (Arrahmah.com) – Densus 88 memulangkan Ahmadi –orang yang sebelumnya diduga sebagai kurir gembong teroris Noordin M Top– ke kampung halamannya di Desa Sikanco, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah.
“Ahmadi telah dipulangkan tadi pagi dan diserahkan langsung oleh Densus 88 kepada kami,” kata Kepala Desa Sikanco Suparno didampingi ipar Ahmadi (kakak istri Ahmadi, Roikoh), Mansur di Sikanco, Minggu (26/7).
Menurut dia, rencananya Densus 88 akan mengantar Ahmadi hingga rumahnya di Dusun Sigaru RT 01 RW 07, Desa Sikanco.
Akan tetapi demi ketenangan warga, dia bersama Kepala Dusun Sigaru Sutarman dan Kapolsek Nusawungu AKP Mochammad Ilham menjemput Ahmadi di Buntu, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, sekitar pukul 04:00 WIB.
Ia mengatakan, kepulangan Ahmadi ke kampung halamannya lantaran yang bersangkutan terbukti tidak terkait dalam jaringan teroris.
“Dari awal Ahmadi memang mengaku tidak pernah terkait dalam jaringan teroris. Bahkan dia mendatangi saya, untuk minta keterangan mengapa ada petugas yang mencarinya pada 16 Juli silam saat ia berada di Lampung untuk berjualan alat rumah tangga,” katanya.
Suparno minta Ahmadi memberi keterangan kepada Polda Jateng. Ahmadi pun menyatakan siap dan ikhlas untu memberi keterangan sehingga pada 22 Juli lalu Ahmadi diantar oleh Kepala Dusun Sigaru Sutarman menuju Polda Jateng di Semarang.
“Jadi sama sekali tidak ada penangkapan terhadap Ahmadi,” katanya.
Suparno menyayangkan adanya pemberitaan di berbagai media massa yang menyatakan bahwa Ahmadi ditangkap karena terlibat dalam jaringan teroris.
Dia mengatakan, Ahmadi mengaku sama sekali tidak mengetahui masalah jaringan teroris meski mengenal Saefudin Zuhry (warga Desa Danasri Lor, Kecamatan Nusawungu, yang ditangkap Densus 88 pada 21 Juni) dan Bahrudin Latif alias Baridin (warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, yang masih dikejar Densus 88 karena diduga terlibat dalam jaringan teroris dan diduga sebagai mertua Noordin M Top).
Menurut dia, perkenalan Ahmadi dengan Saefudin Zuhry hanya sebatas pertemanan biasa dalam pengajian sedangkan dengan Bahrudin karena Ahmadi sering mengikuti pengajian di Pondok Pesantren “Al-Muaddib” milik Bahrudin di Desa Pasuruhan.
“Pengajian yang diikuti Ahmadi hanya sebatas masalah Alquran dan hadis,” katanya.
Disinggung mengenai keberadaan Ahmadi, dia mengatakan, suami Roikoh ini belum bisa ditemui wartawan karena masih kecapaian sehingga butuh istirahat.
Meski demikian, kata dia, kondisi Ahmadi dalam keadaan baik dan sehat.
“Waktu itu saya berpesan, berangkat dalam keadaan sehat, pulang juga harus dalam kondisi sehat,” katanya.
Sementara itu ipar Ahmadi, Mansur mengatakan, keluarga sangat prihatin terhadap pemberitaan tentang Ahmadi karena sangat jauh dari kenyataan.
“Ahmadi sama sekali tidak mengetahui masalah bom. Dia memang pernah satu sekolah dengan Saefudin Zuhry di sebuah pondok pesantren di Desa Kebarongan, Kemranjen, Banyumas,” katanya.
Selain itu, kata dia, Ahmadi sering membeli madu di tempat Saefudin Zuhry sedangkan pengajian yang diikuti di pesantren milik Bahrudin hanya sebatas pengajian biasa.
“Kesehariaannya kalau di sini, Ahmadi memang saya suruh bekerja di kandang ayam milik saya,” katanya.
Menurut dia, saat ini Ahmadi belum bisa ditemui karena masih butuh istirahat. (antara/arrahmah.com)