IDLIB (Arrahmah.com) – Sebuah faksi pejuang Suriah yang aktif di wilayah Idlib telah menolak kesepakatan Turki-Rusia yang mengharuskan “pemberontak radikal” mundur dari zona demiliterisasi, dan mendesak para pejuang untuk meluncurkan operasi militer baru terhadap rezim Asad.
Faksi Huras Ad-Din, dalam sebuah pernyataan menunjukkan keberatan atas kesepakatan Turki-Rusia yang dicapai beberapa waktu lalu, lansir MEMO pada Ahad (23/9/2018).
Kelompok tersebut dibentuk awal tahun ini oleh pejuang yang memisahkan diri dari Hai’ah Tahrir Syam (HTS) ketika memutus hubungannya dengan Al-Qaeda.
Kelompok ini menyatakan kesepakatan tersebut merupakan bagian dari rencana untuk menghilangkan proyek Jihadis di tanah Syam.
“Kami menasihati saudara-saudara kami para mujahidin di fase yang menentukan dan berbahaya ini, untuk memulai operasi militer melawan musuh agama, untuk menggagalkan rencana mereka,” ujar pernyataan yang dirilis pada Sabtu (22/9).
Zona demiliterisasi yang disepakati Turki dan Rusia akan memiliki jarak 15 hingga 20 km dan terbentang di sepanjang garis kontak antara pejuang oposisi dan tentara rezim, yang akan dipatroli oleh pasukan Turki dan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa semua senjata berat oposisi, mortir, tank dan sistem roket, harus dikeluarkan dari zona itu pada 10 Oktober.
Sementara kelompok paling kuat di barat laut Suriah, HTS, belum menyatakan pendiriannya atas kesepakatan itu, di mana gerilyawan harus mengosongkan zona demiliterisasi pada 15 Oktober mendatang.
HTS adalah koalisi mujahidin yang didominasi oleh kelompok Jabhah Fath Syam. Posisi HTS akan sangat penting.
Kelompok bersenjata lain yang didukung Turki, telah mendeklarasikan kerja sama penuh dengan upaya Turki, tetapi juga mengesampingkan pelucutan senjata atau menyerah atas wilayahnya. (haninmazaya/arrahmah.com)