DAMASKUS (Arrahmah.com) – Seorang perawat yang membelot yang pernah bekerja di Rumah Sakit 601 yang menjadi lokasi dari foto-foto mengerikan penyiksaan massal yang dipublikasikan pada 2014 lalu, melaporkan kepada Zaman Alwasl mengenai
penyiksaan tahanan di rumah sakit, termasuk anak-anak.
Perawat yang menamai dirinya “Abo Sakhr” menjadi saksi mata, ia bekerja sebagai perawat militer di Rumah Sakit 601 yang berbasis di kawasan Mezzah, Damaskus. Ia mengatakan kepada Zaman Alwasl bahwa milisi Syi’ah Shabiha membawa tahanan ke
rumah sakit dalam kondisi menyedihkan.
“Selama setahun, para tahanan diletakkan di rumah sakit baru, dengan dua kamar di setiap tingkat yang khusus untuk tahanan, kemudian tahanan dikirim ke departemen Trauma di rumah sakit lama,” ujar Abo Sakhr.
Di pertengahan tahun 2013, 55.000 foto yang diambil di Rumah Sakit 601 diselundupkan keluar oleh mantan fotografer polisi militer Suriah, memperlihatkan penyiksaan keji yang dilakukan di dalam penjara-penjara Suriah.
Foto digital dari 11.000 tahanan yang telah tewas menunjukkan tubuh kurus seperti korban kelaparan. Penyelundup foto yang diidentifikasi sebagai Caesar menjelaskan bahwa ia melihat mayat dengan luka dalam dan luka bakar mengerikan.
Perawat pembelot tersebut menyebutkan bahwa perawat dan pembersih digunakan untuk berpartisipasi dalam menyiksa para tahanan di rumah sakit, bahwa perawat yang penyayang dilarang untuk memberikan tahanan obat dan makanan. Perawat bekerja
untuk memindahkan jenazah tahanan ke kamar jenazah.
Abo Sakhr menyebutkan bahwa hampir 90 tahanan meninggal dalam sehari, karena mereka memindahkan sekitar 30 mayat ke kamar mayat selama periode tugas mereka yang berlangsung 8 jam sehari.
Dalam kaitan dengan penyebab kematian para tahanan yang dikirim ke rumah sakit, Abo Sakhr mengungkapkan bahwa gagal ginjal adalah penyebab utama yang mungkin dihasilkan dari trauma parah dan pemukulan berat atau kekurangan makanan dan cairan, yang juga menyebabkan mereka kehilangan berat badan secara drastis.
Penyebab lainnya adalah infeksi karena adanya kontaminasi luka mereka dengan air urin dan kotoran mereka, karena mereka terikat di tempat tidur dan mereka dilarang untuk pergi, sehingga mereka membuang air di tempat tidur sehinga luka mereka
menjadi terinfeksi.
“Ketika tahanan meninggal, Shabiha melarang perawat membungkus tubuh mereka dengan sprei bersih, para tahanan ini digambarkan sebagai ‘anjing’ dan tidak layak ditempatkan bersama dengan tentara,” tambah Abo Sakhr.
Abo Sakhr juga melaporkan kisah seorang anak berusia 13 tahun yang ditangkap di Hajar Aswad di bawah tuduhan membantu “pemberontak” mengangkat senjata. Terdapat peluru yang bersarang di kakinya, namun karena kelalaian dan kurangnya obat- obatan, lukanya terinfeksi dan mengalami gangrened, maka dia membutuhkan amputasi di pergelangan kakinya, namun lukanya kembali terinfeksi dan sekali lagi ia harus diamputasi dan kembali terinfeksi sehingga seluruh kakinya harus diamputasi.
Abo Sakhr mengatakan bahwa banyak perawat yang merasa kasihan dengan para tahanan namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa, karena setiap pekerja di rumah sakit mendapat pertanyaan apa yang dilakukannya terhadap seorang tahanan.
Abo Sakhr melaporkan bahwa mayoritas pekerja yang menyiksa tahanandi rumah sakit berasal dari sekte Alawiyah, baik staf medis atau pembersih di rumah sakit atau anggota keamanan yang mendampingi tahanan.
Saksi tersebut menyebutkan nama-nama dokter, staf media dan perawat yang ikut menyiksa atau membunuh tahanan di rumah sakit kepada Zaman Alwasl. (haninmazaya/arrahmah.com)