JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj berbicara tentang Islam di acara Global Peace Convention yang diselenggarakan oleh Global Peace Foundation di Atlanta, Amerika Serikat (AS) pekan lalu.
Dalam acara tersebut, Said berbicara Islam sebagai agama Rahmatan Lil’Alamin. Ia juga akan mengutarakan, Al Quran sebagai kitab suci umat Islam justru telah mencantumkan sejarah agama lain dan negara Romawi.
“Ini menunjukkan bagaimana Islam mengajarkan untuk saling menghormati antar pemeluk agama dan juga antar manusia di dunia,” ujar Said dalam rilis kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/12).
Ia juga menegaskan Islam bukan agama yang mengajarkan terorisme di Amerika Serikat. “Sebelum saya sampaikan fakta-fakta yang ada dalam Alquran, mereka masih beranggapan Islam adalah terorisme. Bicara Islam berarti bicara terorisme,” kata Said Aqil.
Menurut Said Aqil, dalam forum itu ia berbicara di sesi Perdamaian dan Resolusi Konflik, dan dipanelkan bersama perwakilan non-Muslim dari Paraguay, Korea Selatan, dan China.
Kepada forum, Said Aqil menjelaskan Alquran sebagai kitab suci umat Islam justru mencantumkan sejarah agama lain dan negara Romawi. “Itu menunjukkan bagaimana Islam mengajarkan untuk saling menghormati antarpemeluk agama dan juga antarmanusia di dunia,” ujarnya.
Global Peace Convention diselenggarakan pada 29 November hingga 2 Desember 2012 dengan mengusung tema besar Kepemimpinan moral dan inovatif: Membangun keluarga kuat, masyarakat sehat, dan budaya perdamaian global.
Menurut Said Aqil, dalam kesempatan itu ia juga menyuarakan pentingnya antarumat beragama di dunia untuk segera merealisasikan perdamaian. Dikatakannya, konflik dengan latar belakang kebencian agama sudah saatnya ditiadakan bagi terciptanya dunia yang damai. “Penistaan agama, baik oleh pemeluk agama bersangkutan atau pemeluk agama lain, jangan pernah terulang lagi di masa mendatang,” tegasnya.
Said Aqil juga mengklaim kunci keberhasilan NU dalam membantu pemerintah Indonesia untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama yaitu melalui sikap tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan tawasuth (moderat) yang merupakan landasan untuk mencapai cita-cita besar pendiri NU, yakni persatuan umat Islam, persaudaraan antarwarga bangsa, dan persaudaraan antarumat manusia. (bilal/dbs/arrahmah.com)