ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Mahkamah Agung Pakistan pada Senin (3/8) menunda sesi mendengar kesaksian yang menentang pembebasan pimpinan Lashkar-e-Taiba, Hafidz Saeed.
Namun, di Delhi, Menteri Luar Negeri India, S.M. Krishna menanggapi hal tersebut dengan mengatakan bahwa kesabaran India sedang diuji.
“Kesabaran India sedang diuji. Kami telah memberi apa yang kami bisa pada Pakistan, apapun yang Pakistan inginkan,” kata Krishna.
Kesepakatan baru mengenai kasus yang persidangannya akan dilanjutkan sekali lagi itu sedang dibuat. Namun ini berarti Saeed, orang yang disebut India sebagai otak dari insiden 26/11 dan beberapa serangan lainnya, akan dibebaskan.
“Ia akan terus bebas. Ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Ia saat ini pergi mesjid terbesar kedua di Lahore, dan ia akan kembali melanjutkan kewajibannya,” kata A.K. Dogar, pengacara Hafiz Saeed.
Penundaan tersebut seolah-olah memperlihatkan bahwa Islamabad tidak berkehendak untuk menangkap pimpinan Lashkar. Hal ini terbukti dalam pernyataan Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik, bahwa pihaknya tidak menemukan cukup bukti untuk menuntut Saeed. Namun India tetap tidak sepakat dengan pernyataan pejabat Pakistan. Menurut India, jika Pakistan mau, mereka bisa saja menangkap Saeed dan mengadilinya di bawah hukum domestik.
Berbeda dengan India, pemerintah Pakistan justru mengatakan India punya kepentingan lain di balik desakannya untuk mengadili Saeed. Sehingga, fokus India bukan hanya ada pada Saeed, namun pada Pakistan secara keseluruhan. Terlihat sekali bahwa India ingin memojokkan negara tetangganya yang juga menjadi lawan sitegangnya mengenai permasalahan nuklir, Kashmir, dan lain-lain. (Althaf/ndtv/arrahmah.com)