TOLIKARA (Arrahmah.com) – Kapolres Tolkara, AKBP Suroso, SH mengungkapkan saat negoisasi dengan massa pemuda dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI)-yang merupakan para peserta Seminar Internasional (KKR)-pada Jum’at (17/7/2015) dirinya disuruh melepaskan songkok yang dipakainya.
. “Saya disuruh untuk melepas songkok Dan saya juga dipukul sekali di dada,” kata AKBP Suroso, SH kepada wartawan di Kantor Polres Tolikara, Sabtu (25/07/2015).
Bahkan AKBP Suroso, SH menuturkan, jika dalam negoisasi itu, Bupati Tolikara Usman Winambo juga didorong-dorong dan ditunjuk-tunjuk oleh massa GIDI. Namun usai kejadian pendorongan itu, Usman Winambo menghilang entah kemana.
“Pak Bupati kemana saya tidak tahu. Kabarnya Pak Bupati itu pulang ke rumah setelah didorong-dorong,” imbuh AKBP Suroso yang ada saat tragedi berlangsung.
AKBP Suroso mengatakan, Bupati Usman memang ikut membantu untuk melakukan negoisasi dan menghalau, tetapi ia sudah tidak dianggap lagi oleh massa GIDI yang merupakan peserta Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Seminar Internasional itu.
“Bisa jadi massa yang melakukan aksi itu bukan dari pemuda gereja GIDI Tolikara tetapi dari wliayah luar Tolikara. Sebab kalau orang sekitar Tolikara itu mereka pasti tahu dan kenal saya. Meskipun saya pakai kaos, atau tidak pakai baju dinas,” papar AKBP Suroso.
“Tetapi yang jelas itu kan massa dari gabungan dari gereja-gereja GIDI di seluruh Indonesia,” tegas AKBP Suroso.
Untuk itu, dalam kesimpulan sementaranya, AKBP Suroso menegaskan bisa jadi aksi anarkis massa dari pemuda gereja GIDI itu juga akibat provokasi dari pihak di luar gereja GIDI Karubaga, Tolikara.
Seperti diketahui, pada Jum’at (17/7/2015) sekelompok massa teroris melempari batu kaum Muslimin yang tengah Shalat Idul Fitri Masjid Baitul Mutaqqin dan membakar kios-kios milik umat muslim. Dalam aksi penyerangan itu, Masjid Baitul Mutaqqin dibakar masa teroris hingga rata dengan tanah, jamaah shalat pun berhamburan keluar.
Laporan Achmad Fazeri/JITU
(azmuttaqin/arrahmah.com)