IDLIB (Arrahmah.com) – Rusia tidak akan mengizinkan zona de-eskalasi di Idlib Suriah menjadi “zona aman” bagi “teroris”, klaim utusan kepresidenan untuk Suriah, Senin (29/4/2019).
“Tidak ada yang tertarik. Pertarungan melawan ‘teroris’ tidak diragukan lagi akan berlanjut, tetapi ini akan membutuhkan waktu tambahan. Kami masih mengusahakannya, dan ingin menstabilkan situasi,” Alexandre Lavrentyev mengklaim kepada kantor berita pemerintah Rusia TASS dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Anadolu.
Rusia berdalih bahwa mereka menentang operasi militer “skala besar” di kawasan itu dan mengklaim bahwa warga sipil dijadikan sebagai “tameng manusia”.
“Kami akan berpikir (tentang bagaimana menyelesaikan masalah). Mungkin perlu untuk menggunakan kemampuan pasukan kedirgantaraan kami atau pasukan internasional. Masalahnya harus diselesaikan cepat atau lambat,” katanya.
Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-militerisasi setelah pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan mitranya Vladimir Putin di kota Sochi di pesisir Rusia.
Ankara dan Moskow menandatangani nota kesepahaman yang menyerukan stabilisasi situasi di zona de-eskalasi Idlib, di mana tindakan agresi dilarang. Tetapi kesepakatan tersebut tidak memiliki arti karena serangan terjadi setiap harinya dan nyawa warga sipil di Idlib terus melayang. (haninmazaya/arrahmah.com)