(Arrahmah.com) – Kekuatan sekuler, liberal, nasionalis, Kristen Koptik dan kroni-kroni mantan rezim Mubarak menyatukan kekuatannya untuk menggoyang presiden Muhammad Mursi. Dekrit Presiden Mesir menjadi momentum mereka untuk menyuarakan “revolusi anti diktator baru”. Demonstrasi anti Mursi pada Jum’at (23/11) dan Sabtu (24/11) berakhir rusuh dengan dibakarnya kantor-kantor Ikhwanul Muslimin Mesir di delapan propinsi.
Kalangan ulama dan aktivis Islam sendiri banyak yang mulai luntur dukungannya kepada Mursi. Meski dipuji karena sejumlah kebijakannya yang mendukung revolusi rakyat muslim Suriah dan perjuangan umat muslim Gaza, Mursi juga mendapat sejumlah kritikan keras akibat beberapa kebijakannya yang dinilai salah kaprah.
Menolak aspirasi mayoritas rakyat muslim yang menuntut penerapan syariat Islam di Mesir, melancarkan aksi militer terhadap umat Islam di Sinai tanpa dukungan bukti-bukti atas kesalahan mereka, mengangkat salah satu wapres dari kalangan Kristen Koptik, mengizinkan kapal perang Cina dan Iran mensuplai senjata kepada rezim jagal Suriah lewat Terusan Suez, dan meminjam hutang riba kepada Bank Dunia dalam jumlah yang bahkan melebihi masa rezim Laa Mubarak adalah sebagian kebijakannya yang melunturkan dukungan ulama dan umat Islam.
Banyak kalangan berusaha menganalisa kondisi rusuh yang saat ini melanda Mesir, baik dari kelompok yang pro Mursi, anti-Mursi maupun di luar keduanya. Pada Ahad (25/11) situs Arrahmah.com telah menurunkan analisa pimred Koran Al-Quds Al-Arabi, Abdul Bari Athwan, yang “relatif” mendukung kebijakan-kebijakan Mursi.
Dalam kesempatan kali ini situs arrahmah.com akan menurunkan tulisan kelompok yang berada di luar kelompok politik pro-Mursi dan anti-Mursi. Tulisan berjudul Al-Ikhwan yuharriquun maqaar Al-Ikhwan (Ikhwanul Muslimin membakari kantor Ikhwanul Muslimin) ini ditulis oleh Gharibul Ikhwan di situs jihad internasional, Asy-Syumukh. Berikut terjemahannya.
Saat Ikhwanul Muslimin membakari kantor Ikhwanul Muslimin
Oleh: Gharibul Ikhwan
Seperti unta hidup di tengah padang pasir, mati karena kehausan, padahal air ada di punuknya.
Tema ini memerlukan lebih banyak konsentrasi, karena saya akan mencoba untuk menjelaskan hubungan yang sangat mengagumkan antara unta, fisika benda langit dan Ikhwan. Dengan meminta pertolongan kepada Allah, saya katakan:
Sesungguhnya benda-benda langit dan langit yang difirmankan oleh Allah:
(لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ)
“Sungguh penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak memahaminya.” (QS. Ghafir [40]: 57)
Benda-benda langit dan langit memiliki hukum-hukum fisika, kimia, matematika, arsitek dan lain-lain; yang mengokohkan dan mengatur urusannya. Semua hukum tersebut dijalankan dan diatur secara langsung oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, tidak ada makhluk yang lebih besar dari-Nya, tidak ada sesuatu makhluk pun yang tersembunyi dan tidak diketahui-Nya. Inilah awal keimanan nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Maka lihatlah kembali benda-benda langit dan langit dua kali, niscaya engkau tidak akan melihat ada kekurangan padanya. Sebuah keserasian yang sangat mengagumkan, sebuah karya yang agung dalam pengaturan urusan langit dan bumi, tidak ada celah dan kekurangan padanya.
Manusia menerima amanat yang langit, bumi dan gunung pun keberatan untuk mengembannya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan bodoh. Maka langit dan bumi tetap diperjalankan menurut hukum-hukum tersebut yang menjaga keseimbangannya. Sementara kita, umat manusia, menerima amanat tersebut.
Maka Allah menciptakan bagi kita kehidupan dunia dan Allah menyerahkan kepada kita sebagian hukum-hukum-Nya yang tidak tercampuri oleh sedikit pun celah kekurangan. Allah memberi kita pilihan untuk menetapi hukum-hukum tersebut dan hal itu dinamakan-Nya ketaatan. Allah juga memberi kita pilihan untuk tidak menetapi hukum-hukum tersebut dan hal itu dinamakan-Nya kemaksiatan. Sementara hukum-hukum-Nya disebut syariat.
Jika hukum-hukum fisika merupakan praktik keseimbangan bagi alam semesta, maka syariat merupakan hukum-hukum keseimbangan bagi sebagian makhluk bernama “manusia”, yang tinggal di planet bumi. Maka seluruh alam semesta dan makhluk dalam kondisi tunduk (istilah Al-Qur’annya adalah sujud) secara totalitas kepada hukum-hukum Allah. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
(أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ )
“Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya bersujud kepada Allah segala makhluk yang berada di langit dan di bumi, demikian juga sujud kepada-Nya matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, binatang melata dan banyak manusia? Tetapi banyak manusia yang pantas mendapatkan azab. Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah niscaya tiada seorang pun yang dapat menjadikannya mulia. Sesungguhnya Allah Maha Mengerjakan apa yang Dia kehendaki.”(QS. Al-Hajj [22]: 18)
Duhai alangkah ingkarnya manusia itu. Apakah kalian bisa menemukan ada seorang manusia yang mampu merubah hukum-hukum fisika dan hukum-hukum magnet? Hal yang dimampui oleh manusia hanyalah mengarahkan sebagian penerapan hukum-hukum fisika dan magnet untuk kepentingan manusia. Ia mempergunakan akalnya dan membuat inovasi untuk memetik buah-buah dari hukum-hukum tersebut, karena ia tidak akan mampu untuk merubah hukum-hukum tersebut. Ia tidak mampu mengadakan hukum-hukum tersebut, tidak pula menghilangkannya.
Sementara itu berkenaan dengan syariat, maka sungguh manusia itu paling banyak membantah. Bukannya melakukan inovasi dalam mempraktekkan hukum-hukum syariat dan mempergunakan akalnya untuk mengambil buah darinya, meminum dari mata airnya; manusia justru menentang hukum-hukum syariat, tidak cerdas memahaminya, bahkan bodoh dan hina. Ia diberi akal oleh Allah, namun ia justru mengkafiri (menolak, mengingkari, membenci dan memusuhi—pent) syariat-Nya dan berdalih ia bebas memilih. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
(أَوَلَمْ يَرَ الإِنسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ * وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ .. )
“Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia kemudian menjadi musuh yang nyata. Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya.” (QS. Yasin [36]: 77-78)
Syariat bukanlah hukum hudud (pidana Islam) semata, namun ia adalah undang-undang manusia di planet bumi, agar selaras dan serasi dengan alam semesta. Maka Anda tidak akan melihat adanya kekurangan pada penciptaan dan ketetapan-Nya. Dengan begitulah hadits-hadits tentang akhir zaman bisa dipahami, ketika Isa ‘alaihis salam memerintah planet bumi dengan Islam:
(يَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ إِمَامًا هَادِيًا وَمِقْسَطًا عَادِلا ، فَإِذَا نَزَلَ كَسَرَ الصَّلِيبَ ، وَقَتَلَ الْخِنْزِيرَ ، وَوَضَعَ الْجِزْيَةَ ، وَتَكُونُ الْمِلَّةُ وَاحِدَةً ، وَيُوضَعُ الأَمْرُ فِي الأَرْضِ ، حَتَّى أَنَّ الأَسَدَ لَيَكُونُ مَعَ الْبَقَرِ تَحْسِبُهُ ثَوْرَهَا ، وَيَكُونُ الذِّئْبُ مَعَ الْغَنَمِ تَحْسِبُهُ كَلْبَهَا ، وَتُرْفَعُ حُمَةُ كُلِّ ذَاتِ حُمَةٍ حَتَّى يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ الْحَنَشِ فَلا يَضُرُّهُ ، وَحَتَّى تُفِرَّ الْجَارِيَةُ الأَسَدَ ، كَمَا يُفَرُّ وَلَدُ الْكَلْبِ الصَّغِيرِ ، وَيُقَوَّمَ الْفَرَسُ الْعَرَبِيُّ بِعِشْرِينَ دِرْهَمًا ، وَيُقَوَّمَ الثَّوْرُ بِكَذَا وَكَذَا ، وَتَعُودَ الأَرْضُ كَهَيْئَتِهَا عَلَى عَهْدِ آدَمَ ، وَيَكُونَ الْقِطْفُ يَعْنِي الْعِنْقَادَ يَأْكُلُ مِنْهُ النَّفَرُ ذُو الْعَدَدِ ، وَتَكُونَ الرُّمَّانَةُ يَأْكُلُ مِنْهَا النَّفَرُ ذُو الْعَدَدِ)
“Isa bin Maryam akan turun sebagai seorang pemimpin, pemberi petunjuk dan penguasa yang adil dan menegakkan keadilan. Jika ia telah turun, ia akan mematahkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah, dan hanya ada satu agama (Islam) dan perintah Allah dilaksanakan di muka bumi. Sampai-sampai seekor singa akan damai bersama dengan kumpulan sapi betina seakan kumpulan sapi betina itu mengganggapnya sebagai sapi jantannya, seekor srigala akan damai bersama kawanan kambing seakan kawanan kambing itu menganggapnya anjing penjaga.
Pada waktu itu bisa dihilangkan dari setiap hewan berbisa, sampai-sampai seseorang meletakkan telapak tangannya pada kepala seekor ular berbisa namun hal itu tidak mencelakainya, sampai-sampai seorang anak perempuan bermain dengan seekor singa seperti bermainnya anak anjing yang kecil.
Pada waktu itu seekor kuda Arab hanya berharga 20 dirham, sementara seekor sapi akan dihargai segini dan segini (sangat mahal, karena zaman tersebut zaman cocok tanam dan kemakmuran, bukan zaman perang, pent). Bumi akan kembali kepada keadaannya semula seperti pada masa nabi Adam. Sampai-sampai setangkai kurma bisa mengenyangkan banyak orang dan setangkai anggur bisa mengenyangkan banyak orang.”(HR. Ma’mar bin Rasyid dalam Al-Jami’ no. 1465)
Ini yang berkaitan dengan fisika benda-benda langit dan hukum-hukum alam.
Adapun unta adalah Ikhwan yang Allah karuniakan syariat kepada mereka, namun mereka ragu-ragu terhadapnya, malu-malu darinya, dan menawarnya demi meraih ridha Barat, orang-orang liberal dan orang-orang sekuler, dan mereka menuntut daulah madaniyah, negara sipil (Negara berdasar hukum buatan manusia, bukan negara berdasar syariat Islam, pent). Maka pantaslah apabila mereka terkena sabda Nabi yang tercinta:
مَنْ أَرْضَى اللهَ فِي سَخَطِ النَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَرْضَى النَّاسَ فِي سَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ
“Barangsiapa membuat Allah ridha walau manusia tidak menyukainya, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa membuat manusia ridha walau Allah tidak menyukainya, niscaya Allah akan membencinya dan Allah akan membuat manusia membencinya.” (HR. Ibnu Hibban)
Pembakaran terhadap kantor Ikhwanul Muslimin pada kemarin malam merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri:
(أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ)
“Maka mengapa kalian heran ketika kalian ditimpa musibah, padahal kalian telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh kalian). Kalian bertanya-tanya: “Dari manakah datangnya musibah ini?” Katakanlah: “Musibah ini karena perbuatan kalian sendiri. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Ali Imran [3]: 165)
Sesungguhnya Allah tidak berbuat sia-sia dengan hamba-hamba-Nya:
(أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ)
“Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian main-main (tanpa tujuan) dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun [23]: 115)
Allah memiliki hukum-hukum yang pasti berlaku dan tidak berubah. Allah menjadikan jihad sebagai puncak ajaran Islam, dan syariat Islam tidak akan mencapai kemenangan kecuali dengan jihad, tidak dengan demokrasi yang hasil-hasilnya telah kita lihat kemarin malam, di Tahrir Square dan jalanan Mesir.
Ustadz Sayid Qutub rahimahullah menulis:
“Sesungguhnya agama ini merupakan pengumuman umum bagi pembebasan manusia di muka bumi dari peribadatan (perbudakan dan penuhanan) kepada sesama makhluk, dengan mengumumkan hak peribadatan milik Allah semata dan hak rububiyah Allah atas seluruh alam!
Sesungguhnya pengumuman rububiyah Allah semata atas seluruh alam berarti revolusi menyeluruh terhadap kedaulatan manusia dalam seluruh potret, bentuk, pemerintahan dan sistemnya; dan pembangkangan secara menyeluruh terhadap setiap bentuk sistem di muka bumi yang menetapkan hak menetapkan hukum bagi manusia dalam bentuk apapun.
Hal itu karena sebuah sistem di mana hak menetapkan hukum diserahkan kepada manusia dan sumber kekuasaan-kekuasaannya adalah manusia…merupakan sebuah penuhanan manusia, sebagian mereka menjadikan sebagian lainnya sebagai Rabb-rabb (tuhan-tuhan pengatur) selain Allah.
Sesungguhnya pengumuman (rububiyah Allah semata atas seluruh alam) ini berarti mencabut kembali kekuasaan Allah yang dirampas (oleh manusia), mengembalikannya kepada Allah dan mengusir orang-orang yang merampasnya.
Sesungguhnya pengumuman (rububiyah Allah semata atas seluruh alam) ini berarti kerajaan manusia untuk menegakkan kerajaan Allah di muka bumi. Atau meminjam istilah Al-Qur’an:
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ
“Dan Dialah Ilah (satu-satunya Tuhan yang berhak diibadahi) di langit dan Ilah di bumi, dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 84)
Semua hal ini tidak akan terlaksana dengan tabligh dan bayan (dakwah dengan lisan, pent) semata, karena orang-orang yang menguasai hamba-hamba Allah dan merampas kekuasaan Allah di muka bumi tidak akan pernah menyerahkan kekuasaan mereka hanya dengan tabligh dan bayan semata. Jika (tabligh dan bayan semata telah cukup untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi, pent), maka alangkah mudahnya pekerjaan para rasul dalam menegakkan agama Allah di muka bumi! Hal itu jelas bertolak belakang dengan sejarah para rasul dan sejarah agama ini selama perjalanan generasi demi generasi!
Orang yang memahami tabiat agama ini —seperti penjelasan di depan— akan mengetahui keharusan dimulainya pergerakan Islam dalam bentuk jihad dengan pedang, di samping jihad dengan bayan.” Dari buku Ma’alim fit Thariq.
Ikhwanul Muslimin telah menelantarkan syariat Islam dalam aksi sejuta umat menuntut penerapan syariat Islam, dan sebelum itu Ikhwanul Muslimin juga telah meninggalkan jihad. Di sini yang saya maksudkan adalah para pemimpin Ikhwanul Muslimin, bukan anggota-anggotanya. Maka hendaklah mereka mengetahui bahwa urusan revolusi Mesir masih berada dalam seperempat pertama, “pertempuran” memperjuangkan syariat masih berada di awal perjalanannya dan barangsiapa tidak memiliki sarana-sarananya —sarana paling penting adalah kekuatan, yaitu kekuatan lengan dan senjata seperti dikatakan oleh asy-syahid Hasan Al-Banna— niscaya ia telah kalah perang sebelum peperangan dimulai.
Berikut ini sebagian petikan yang berkaitan dengan tema ini, yang telah saya uraikan dalamm kajian-kajian sebelumnya.
Petikan dari kajian berjudul Hawiyyul Watsan
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kesehatan. Kebenaran tidak mungkin akan menang kecuali ketika kebatilan dihancurkan. Itulah sunatullah yang abadi, tidak mungkin pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan bertemu. Sebelum berhias, sudah pasti harus dibersihkan lebih dahulu semua kotoran. Jika kebatilan telah bercokol kuat dalam jiwa manusia, maka menyingkirkan kebatilan tersebut akan menyakitkan dan mencabutnya sungguh berat.
Inilah massa meneriakkan slogan-slogan berhala-berhala baru, saat ia mengutuk berhala-berhala yang lama. Ini pasti ada harganya. Bangsa-bangsa Arab dan bangsa-bangsa Islam harus membayarkan harga kebebasan, harga sikap diamnya atas kebatilan selama beberapa dekade, harga atas merasuknya ke dalam hati masyarakat rasa cinta kepada berhala demokrasi, nasionalisme dan sampah-sampah pemikiran manusia lainnya. Sebagian bangsa akan memulai pembersihan kotoran tersebut sebelum mereka mengetahui penggantinya yang benar. Melompat kepada sesuatu yang belum diketahui ini merupakan perkara yang menakutkan. Sesungguhnya tumbangnya rezim-rezim diktator berarti runtuhnya negara-negara dan runtuhnya undang-undang yang selama ini memerintah rakyat. Maka dimulailah era kekacauan, seperti telah ditulis oleh Abu Bakar Naji (dalam bukunya, Idaratu At-Tawahhusy, pent) beberapa tahun yang lalu.”
Petikan dari kajian berjudul As-Sultan Al-Qahir
“Inilah yang belum dipahami oleh gerakan-gerakan Islam dan oposisi yang berlari memburu kursi kekuasaan, sehingga mereka memasuki bangunan, mengerahkan segenap usahanya untuk menjaga dinding, jendela dan pintunya, padahal pondasi di bawah telapak kaki mereka telah hancur:
فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ
“Maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari pondasinya, lalu atap rumah itu jatuh menimpa mereka dari atas mereka.” (QS. An-Nahl [16]: 26)
Maka mereka akan menanggung akibat dari keruntuhan tersebut di hadapan umat dan sejarah, sementara mereka sendiri lalai, tidak mampu membaca fase sejarah.”
“Ketika nampak bagi mereka ada kesempatan untuk terjun di panggung politik praktis bersama thaghut, maka mereka segera berlari dengan cepat tanpa perencanaan atau peninjauan ulang, maka mereka pun terjatuh ke dalam lubang! Mereka meyakini bahwa angan-angan kemenangan telah tiba saatnya! Mereka lalai bahwa kebenaran dan kebatilan tidak akan pernah bersatu di sebuah tempat dan tidak akan pernah bersepakat dalam suatu zaman. Laa haula wa laa quwwata illa billah, hasbunallah wa ni’mal wakil.”
Kalimat terakhir tentang Muhammad Mursi, yang meminta pinjaman riba dari Bank Dunia:
(وَلَوْ أَنّهُمْ أَقَامُواْ التّوْرَاةَ وَالإِنْجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيهِمْ مّن رّبّهِمْ لأكَلُواْ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم مّنْهُمْ أُمّةٌ مّقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مّنْهُمْ سَآءَ مَا يَعْمَلُونَ)
“Dan sekiranya mereka (Yahudi dan Nasrani) sungguh-sungguh menjalankan hukum-hukum Taurat, Injil dan kitab suci yang diturunkan kepada mereka dari Rabb mereka (Al-Qur’an) niscaya mereka akan mendapatkan makanan (rizki) dari atas mereka dan dari bawah mereka. Di antara mereka ada sekelompok orang yang jujur dan taat. Akan tetapi mayoritas mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Maidah [5]: 66)
Hampir saja saya lupa, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku —baik di Sinai, Mali maupun Somalia— niscaya Aku telah mengumumkan peperangan terhadapnya” (HR. Bukhari)
Sekarang, sudah pahamkah kalian kenapa manusia disifati sebagai makhluk yang sangat zalim dan sangat bodoh?
Karena….
Ia seperti unta hidup di tengah padang pasir, mati karena kehausan, padahal air ada di punuknya
Hasbunallah wa ni’mal wakil
*Foto massa merusak kantor Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin Mesir
(muhib almajdi/arrahmah.com)