(Arrahmah.com) – Fantastik! Hanya delapan orang di planet bumi ini, dan semuanya laki-laki, memiliki kekayaan sebanyak setengah dari seluruh populasi termiskin di dunia. Laporan Oxfam ini ditindaklanjuti dengan seruan untuk membatasi penghargaan bagi mereka yang sudah berada di ‘atas’.
Saat sejumlah pengambil keputusan dan banyak dari kalangan super kaya berkumpul dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) pekan lalu di Davos, laporan yang dikeluarkan konfederasi internasional 18 LSM anti-kemiskinan ini menunjukkan kesenjangan kekayaan yang lebih lebar dari sebelumnya, dengan data baru untuk Cina dan India menunjukkan bahwa setengah populasi termiskin dunia memiliki kekayaan yang lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya.
Oxfam, yang menggambarkan kesenjangan “mengerikan” ini menyatakan jika data baru tersedia sebelumnya, maka hal tersebut akan memperlihatkan secara tegas bahwa pada 2016 jumlah kekayaan dari sembilan orang saja sama dengan jumlah kekayaan dari 3,6 miliar umat manusia termiskin, bukan 62 orang seperti yang diperkirakan pada saat itu.
Pada 2010, aset gabungan dari 43 orang terkaya menyamai kekayaan 50 persen orang termiskin di dunia, menurut perhitungan terbaru.
Ketimpangan ini telah memberi ruang sebuah agenda dalam beberapa tahun terakhir, dimana kepala Dana Moneter Internasional dan Paus ada di antara mereka yang memperingatkan ‘efek korosif’ (efek menghancurkan secara perlahan), sementara kebencian kalangan elit telah membantu menyulut peningkatan politik populis.
Kekhawatiran tentang masalah ini disorot lagi pada laporan resiko global WEF sendiri awal Januari lalu.
“Kami melihat banyak kekhawatiran. Dan jelas, kemenangan Trump dan Brexit memberikan dorongan baru tahun ini,” kata Max Lawson, kepala kebijakan Oxfam.
“Ada berbagai cara menjalankan kapitalisme yang bisa jauh, jauh lebih bermanfaat bagi sebagian besar orang,” lanjutnya.
Kapitalisme yang super mahal
Oxfam menyeru dalam laporannya tindakan keras menghindari pajak, dan mengubah “kapitalisme mahal” para pemegang saham yang membayar tinggi serta tidak proporsional pada orang kaya.
Sementara banyak kalangan pekerja berjuang dengan pendapatan yang stagnan, aset kalangan super-kaya ini telah meningkat rata-rata 11 persen per tahun sejak tahun 2009.
Bill Gates, orang terkaya di dunia yang biasa hadir di Davos, telah melihat kenaikan kekayaannya sebesar 50 persen atau sebesar $ 25 miliar sejak mengumumkan rencananya untuk meninggalkan Microsoft pada tahun 2006.
Sementara Gates mencontohkan bagaimana kekayaannya yang meluber dapat didaur ulang untuk membantu orang miskin, Oxfam percaya “filantropi besar” semacam ini tidak akan pernah mampu mengatasi masalah mendasar.
“Jika kaum milyarder memilih untuk memberikan uang mereka maka itu adalah hal yang baik. Tapi perihal ketidaksetaraan dan Anda tidak dapat memiliki sistem di mana milyarder secara sistematis membayar tarif lebih rendah dari pajak yang harus dibayar oleh sekretaris atau petugas kebersihan mereka,” kata Lawson.
Oxfam mendasarkan perhitungannya pada data dari bank Swiss, Credit Suisse dan Forbes. Delapan orang yang disebutkan dalam laporan ini adalah Gates, pendiri Inditex Amancio Ortega, investor veteran Warren Buffett, orang terkaya Meksiko Carlos Slim, bos Amazon Jeff Bezos, pemilik Facebook Mark Zuckerberg, pemilik Oracle Larry Ellison, dan mantan walikota New York City, Michael Bloomberg. (althaf/arrahmah.com)