IRAN (Arrahmah.com) – Duta besar Iran untuk Moskow Seyyed Reza Sajjadi mengatakan, Iran dan Rusia telah berpaling ke mata uang nasional mereka dari dolar AS di bursa perdagangan timbal-balik yang menggunakan pertukaran kurs.
Sajjadi mengatakan pada hari Sabtu (7/1/2012) bahwa proposal untuk mengganti dolar AS dengan rial Iran dan ruble Rusia yang telah direncanakan pada pertemuan antara presiden rezim Rusia Dmitry Medvedev dengan rekannya Mahmoud Ahmadinejad di sela-sela pertemuan ke-11 Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) bulan juni 2011 lalu.
Anggota tetap SCO diantaranya, Cina, Rusia, Kazakhstan, Kirgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Iran bersama dengan India dan Mongolia dan Pakistan adalah sebagai negara pengamat untuk mutu keamanan organisasi antar-pemerintah.
Sajjadi menunjuk Rusia sebagai oposisi yang kuat atas sangsi AS terhadap Iran atas program nuklirnya, dia menambahkan bahwa Rusia degan tegas telah mengumumkan bahwa negaranya tidak akan menerima tawaran anti-Iran yang menargetkan Bank Sentral negara dan Institusi keuangan.
Pada akhir Desember 2011 lalu, Barack Obama telah menandatangani sangsi ekonomi baru terhadap Bank Sentral Iran dalam upaya untuk menghukum perusahaan-perusahaan asing dan Bank yang berbisnis dengan institusi keuangan Iran.
RUU itu memberikan “pilihan” kepada perusahaan-perusahaan asing untuk memilih berbisnis dengan Bank Sentral Iran dan sektor minyak Iran atau dengan sektor Keuangan AS.
Sementara itu, pakar engergi Iran mengatakan sangsi AS dapat menyebabkan kenaikan besar pada harga minyak mentah dunia dan akan merugikan sendiri AS dan para sekutunya yang bergantung kepada minyak Iran.
Menghadapi krisi ekonomi, AS tercatat sebagai penghutang terbesar di Dunia.
(siraaj/arrahmah.com)