MOSKOW (Arrahmah.id) — Rusia dilaporkan telah mengundang kelompok perlawanan Palestina Hamas ke Moskow pada tanggal tanggal 29 Februari. Undangan ini dilakukan untuk melakukan pembicaraan mengenai perang Israel-Hamas dan isu-isu lain di Timur Tengah. Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov mengatakan hal ini, sebagaimana dimuat TASS (19/2/2024).
Meski demikian, Rusia sebenarnya mengundang sekitar selusin kelompok Palestina lain untuk melakukan pembicaraan “antar-Palestina”. Faksi Fatah, yang menguasai Tepi Barat juga dikirimi undangan.
“Kami mengundang seluruh perwakilan Palestina- semua kekuatan politik yang mempunyai posisi masing-masing di berbagai negara, termasuk Suriah, Lebanon, dan negara-negara lain di kawasan ini,” kata Bogdanov, yang merupakan utusan khusus Presiden Vladimir Putin untuk Timur Tengah (19/2).
Moskow diketahui telah bertahun-tahun berusaha menjalin hubungan baik dengan semua pemain utama di kawasan Timur Tengah. Namun belakangan Rusia semakin kritis terhadap Israel dan pendukung Baratnya di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Putin bahkan telah menyerukan gencatan senjata. Moskow telah berulang kali mengkritik tindakan Israel di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober.
Pernyataan publik tersebut pun, ditambah dengan kemitraan Rusia dengan Iran dan Hamas. Ini disebut telah memperburuk hubungan Rusia-Israel sejak konflik tersebut pecah.
Jumlah korban tewas warga Palestina di Jalur Gaza terus meningkat. Berdasarkan update terbaru Minggu waktu setempat, korban jiwa kini menembus 28.985 orang.
Data tersebut dikumpulkan sejak serangan pertama Israel di wilayah kantong itu 7 Oktober. Sementara dari rentang waktu yang sama, sudah total 68.883 warga terluka.
“Tentara Israel membunuh 127 warga Palestina dan melukai 205 lainnya selama 24 jam terakhir,” kata Kementerian Kesehatan Gaza, dimuat Anadolu Agency dan Xinhua.
Beberapa korban masih berada di bawah reruntuhan di tengah pemboman besar-besaran dan kurangnya awak pertahanan sipil dan ambulans. Di sisi lain, kini Rumah Sakit Al-Amal di kota Khan Younis di selatan Jalur Gaza juga mendapat beberapa serangan langsung dari tank Israel.
Di sisi lain, Israel kini berencana untuk menyerbu Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan. Hal tersebut memicu kekhawatiran internasional bahwa tindakan tersebut akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
“Situasi di Gaza merupakan bukti mengerikan atas kebuntuan hubungan global,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Konferensi Keamanan Munich, akhir pekan.
“Kurangnya persatuan di Dewan Keamanan dan bagaimana kurangnya persatuan telah menghambat kemampuan kita… untuk memperbaiki situasi di seluruh dunia,” tambah juru bicara PBB Stephane Dujarric. (hanoum/arrahmah.id)