MOSKOW (Arrahmah.com) – Kementerian Pertahanan Rusia, pada Sabtu (5/12/2015), menuduh Amerika Serikat menutup mata atas perdagangan minyak ke Turki dari daerah Suriah yang berada di bawah kendali ISIS.
“Ketika para pejabat AS mengatakan mereka tidak melihat bagaimana minyak teroris diselundupkan ke Turki … ini tercium adanya keinginan yang buruk untuk menutupi tindakan ini,” kata kementerian itu di halaman Facebook-nya, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Ahad (6/12).
“Deklarasi Pentagon dan Departemen Luar Negeri tampak seperti teater absurd,” tambahnya, merujuk pada AS yang sudah menonton beberapa rekaman video dari drone milik mereka sendiri di atas zona minyak di perbatasan Turki-Suriah.
Utusan khusus dan koordinator urusan energi internasional AS, Amos Hochstein, pada Jum’at (4/12), mengatakan bahwa minyak yang diselundupkan ke Turki dari wilayah Suriah yang dikuasai oleh kelompok ISIS jumlahnya tidak signifikan dari perspektif volume, baik volume minyak maupun volume pendapatan.
“Saya tidak percaya bahwa ada penyelundupan minyak dalam jumlah yang signifikan, antara daerah yang dikendalikan oleh ISIS dan Turki,” kata Hochstein.
Komentar Hochstein itu datang setelah Moskow menuduh Ankara mengambil keuntungan dari perdagangan minyak dengan ISIS.
Rusia dan Turki beberapa hari terakhir saling tuding bahwa mereka terlibat dalam jual beli minyak dengan ISIS, membuat suasana semakin panas antara dua negara itu setelah Turki menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia di perbatasan Suriah.
Erdogan menanggapi tudingan Rusia dengan mengatakan bahwa siapapun tidak berhak “memfitnah” Turki dengan mengatakan terlibat jual beli minyak dengan ISIS. Erdogan juga menegaskan bahwa dirinya akan mundur jika tuduhan itu terbukti.
Sebelumnya, menteri pertahanan Rusia memperlihatkan citra satelit yang menunjukkan truk-truk bermuatan minyak melintas dari wilayah yang dikuasasi ISIS di Irak dan Suriah menuju Turki.
“Berdasarkan informasi yang tersedia, pemimpin politik tertinggi di negara ini, Presiden Erdogan dan keluarganya, terlibat dalam bisnis kriminal ini,” ujar Deputi Menteri Pertahanan Rusia, Anatoly Antonov, dalam jumpa pers di Moskow.
Antonov tidak secara spesifik menunjukkan bukti langsung yang dapat mengaitkan keterlibatan Erdogan dan keluarganya.
Rusia dan Turki telah menjalin hubungan ekonomi yang penting. Setelah insiden pesawat jatuh, hubungan kedua negara itu memburuk. Rusia menerapkan persyaratan visa bagi pengunjung Turki yang sebelumnya bebas visa, serta membatasi perdagangan dengan Turki.
Putin juga menegaskan bahwa Turki akan dibuat menyesali tindakannya.
(ameera/arrahmah.com)