MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia telah membantah laporan Amnesty International yang menuduh negara itu telah melakukan serangan udara secara membabi buta di Suriah.
Rusia menyebut laporan Amnesty International sebagai suatu kebohongan total.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ia melihat “tidak ada yang spesifik dan tidak ada yang baru” dalam laporan itu, sebagaimana dilansir oleh BBC, Kamis (24/12/2015).
Dia juga membantah bahwa militer Rusia menggunakan amunisi curah di Suriah.
Amnesty International mengatakan bahwa pihaknya memiliki bukti kalau dua bulan pertama serangan udara Rusia di Suriah telah menewaskan sedikitnya 200 warga sipil.
Beberapa dari serangan itu bisa dihitung sebagai kejahatan perang, kata seorang pejabat Amnesty.
Amnesty juga meneliti serangan udara yang dilancarkan oleh koalisi pimpinan AS di Suriah, kata laporan tersebut.
AS jarang sekali mengakui kematian warga sipil atas serangan udara yang dikatakan menargetkan ISIS, yang dimulai pada bulan September 2014, meskipun beberapa kelompok pemantau mengatakan bahwa jumlah korban bisa mengalami ratusan.
Rusia memulai serangan udara di Suriah pada bulan September 2015, dan mengatakan bahwa Rusia bertindak atas permintaan Presiden Suriah Bashar al-Asad.
Dikutip dari Russian Today, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa PBB tidak dapat secara independen mengkonfirmasi informasi yang disajikan dalam laporan Amnesty International atas dugaan korban sipil akibat serangan udara Rusia di Suriah. Kementerian itu menolak temuan dalam laporan itu yang dianggap sebagai “kata-kata klise” yang kurang memiliki bukti kuat
“Sekali lagi, tidak ada yang konkrit atau baru yang telah diterbitkan, hanya kata-kata klise yang sama dan palsu yang telah kita bantah berulang kali,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Mayor Igor Konashenkov, setelah meninjau laporan tersebut.
“Laporan ini terus menggunakan kalimat seperti ‘diduga serangan Rusia,’ ‘kemungkinan pelanggaran hukum internasional’ – banyak asumsi tanpa bukti,” katanya.
Selanjutnya Moskow mengatakan bahwa pihaknya meragukan keaslian foto udara yang digunakan oleh Amnesty International dan menyerukan kepada LSM setidaknya menyebutkan nama sumber informasi yang digunakan dalam laporan itu.
“Rentetan kebohongan itu bertujuan untuk menuduh pasukan Rusia yang mengebom rumah sakit Suriah. Kami segera menolak klaim-klaim ini, menyajikan bukti foto dan video yang komprehensif kepada publik. Sebuah ciri karakteristik dari semua tuduhan ini adalah kurangnya bukti nyata dan referensi ke saksi anonim,” kata Konashenkov kepada wartawan.
“Adapun tuduhan bom curah. Pesawat Rusia tidak menggunakan bom bom itu,” tambah Konashenkov.
Dia juga mengingatkan bahwa puluhan wartawan internasional yang mengunjungi basis Kheimim Rusia di Latakia merekam jet tempur Rusia yang mempersiapkan serangan mendadak tetapi “tidak pernah menyajikan rekaman atau mengajukan pertanyaan tentang bom curah karena tidak ada senjata seperti di pangkalan kami.”
Konashenkov mengatakan kepada wartawan bahwa Amnesty juga gagal untuk menyelidiki penggunaan bom curah oleh pasukan Kiev di Ukraina timur.
“Kami punya pertanyaan untuk Amnesty International: mengapa organisasi ini tetap diam dan menutup mata terhadap bukti nyata yang tak terbantahkan dari penggunaan bom curah oleh Angkatan Bersenjata Ukraina melawan kota di timur Ukraina,” kata Konashenkov, lansir Russian Today.
Dalam laporan tersebut, Amnesty mengatakan telah “meneliti dari jarak jauh” lebih dari 25 serangan Rusia yang berlangsung di Homs, Hama, Idlib, Latakia dan Aleppo antara 30 September dan 29 November, lansir BBC.
Salah satu serangan paling mematikan yang diuraikan dalam laporan itu terjadi di provinsi Ariha, Idlib, pada 29 November. Amnesty mengatakan bahwa setidaknya satu pesawat yang dicurigai adalah pesawat perang Rusia menembakkan tiga rudal ke pasar ketika tidak ada militer yang terlihat di dekat sasaran.
Sebuah laporan dari kelompok yang lain, Human Rights Watch, tiga hari lalu menuduh pasukan pemerintah Suriah dan sekutu Rusia menggunakan bom curah dalam melawan kelompok oposisi.
Juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Rusia “melakukan operasi sesuai dengan prinsip-prinsip dan norma-norma hukum internasional”.
Kremlin sebelumnya mendeskripsikan laporan serupa sebagai “perang informasi” yang bertujuan untuk mendiskreditkan operasinya di Suriah.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Oktober bahwa laporan dugaan korban sipil telah muncul bahkan sebelum serangan udara pertama dilakukan.
Masih menjadi teka-teki siapa yang bertanggung jawab atas perang Suriah yang telah memasuki tahun ke lima, dan telah menghancurkan kehidupan banyak orang. Setidaknya Lebih dari 250.000 orang diyakini telah tewas dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak konflik dimulai di Suriah pada Maret 2011.
(ameera/arrahmah.com)