IDLIB (Arrahmah.com) – Meskipun telah menandatangani perjanjian gencatan senjata di provinsi Idlib utara dengan Turki pada Maret, Rusia terus menguji senjata baru dengan menargetkan warga sipil di wilayah yang dikuasai pejuang Suriah.
Sumber Zaman Alwasl mengonfirmasi bahwa dua minggu lalu, Rusia mulai menguji “drone kamikaze” KYB-UAV. Seminggu yang lalu, sebuah drone menargetkan kendaraan sipil yang mengangkut sekelompok petani zaitun di dekat kota Nahlia, di barat Idlib, melukai tiga warga sipil.
Muatan drone KYB-UAV adalah 3 kg, dilengkapi dengan ranjau darat anti-personel POM-2 yang digunakan dua minggu lalu terhadap pekerja pemanen zaitun di Idlib utara yang menewaskan seorang warga sipil dan melukai 5 lainnya, menurut pernyataan Pertahanan Sipil (White Helmets), lansir Zaman Alwasl (14/11/2020).
Setelah ranjau POM-2 dijatuhkan ke tanah, 6 baris pecahan berbentuk persegi yang terhubung dengan kabel logam tipis yang bertindak sebagai sensor diluncurkan, sehingga mengaktifkan hitungan mundur dan mode pertempuran. Ranjau akan meledak jika salah satu kabel yang mencapai hingga 9,5 meter tersentuh.
Drone KYB adalah sistem udara tak berawak yang diproduksi oleh Kalashnikov Concern dan diluncurkan di Pameran Pertahanan Internasional IDEX 2019. Drone ini dirancang untuk mengalahkan target darat jarak jauh dengan mengirimkan beban khusus ke koordinat target yang ditetapkan secara manual atau ke gambar dari target panduan.
KYB-UAV memiliki kemampuan terbang selama 30 menit, jangkauan operasinya 7 kilometer, muatannya 3 kilogram, kecepatan terbang khas 80 kilometer per jam, dan kecepatan tertinggi 130 kilometer per jam.
Rusia telah menggunakan “suicide drone” HERO_30 buatan “Israel” beberapa bulan yang lalu, namun, kemungkinan besar ia menggunakan drone kloning yang mirip dengan milik “Israel” tetapi diproduksi oleh Cina, yang disebut S-570, yang diluncurkan di pameran pertahanan Cina pada 2019.
Rusia sebelumnya telah menggunakan drone ini lebih dari lima kali, yang terbaru diluncurkan di Watad Petroleum di Idlib utara pada 18 Juli. Serangan itu menyebabkan kerusakan pada beberapa tangki bahan bakar, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan.
Jangkauan drone tersebut antara 5-250 km, dan dapat diluncurkan dari pembom, jet tempur, dan bahkan pesawat pengintai. (haninmazaya/arrahmah.com)