MOSKOW (Arrahmah.id) – Rusia telah menarik ratusan pejuang Suriah sekutunya dari Libya, karena muncul laporan bahwa Kremlin menarik diri dari beberapa operasinya di Timur Tengah di tengah invasi yang sedang berlangsung ke Ukraina.
Menurut outlet berita oposisi Suriah lokal, Suwayda 24, ratusan pejuang dari Suriah yang direkrut oleh Rusia untuk berperang di Libya selama beberapa tahun terakhir telah ditarik dari negara itu dan kembali ke Suriah. Lebih lanjut, ditambahkan bahwa tidak ada pejuang lain yang dikerahkan ke Libya untuk menggantikan pasukan yang ditarik.
Tiba kembali ke negara itu melalui Pangkalan Udara Hmeimim Rusia di Suriah barat sejak awal bulan ini, kelompok terakhir pesawat tempur dilaporkan telah mendarat pada Sabtu, lansir MEMO (9/3/2022).
Setidaknya sejak 2020, Moskow telah secara aktif merekrut pejuang dari Suriah di bawah sekutunya, rezim Bashar Asad, menggunakan mereka untuk membantu mantan panglima perang yang bersekutu dengan Rusia, Khalifa Haftar, dalam perang Libya. Alih-alih terlibat dalam pertempuran langsung, mereka dilaporkan telah menjaga situs dan fasilitas di bawah kendali pasukan Rusia di negara itu.
Belum jelas mengapa Moskow memutuskan untuk tidak mengganti para pejuang Suriah dengan rekrutan atau pasukan baru, namun beberapa pihak berspekulasi bahwa alasannya bisa jadi karena berakhirnya konflik militer di Libya. Yang lain, bagaimanapun, menghubungkannya dengan kerugian militer besar yang diderita Rusia dalam invasinya ke Ukraina, karena terus berusaha untuk mengambil ibu kota, Kiev, dalam menghadapi perlawanan Ukraina yang kuat.
Menurut angka yang dikeluarkan oleh pemerintah Ukraina, kerugian Rusia itu sejauh ini berjumlah lebih dari 11.000 tentara, dengan ratusan kendaraan militer Rusia juga telah dihancurkan atau ditangkap. Puluhan pesawat militer juga dilaporkan ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina.
Selain itu, Rusia telah terpukul keras secara ekonomi oleh sanksi berat yang dijatuhkan oleh negara-negara barat, membuatnya melampaui Iran sebagai negara yang paling terkena sanksi di dunia. Kemungkinan Kremlin berusaha untuk mengurangi biaya tambahan, yang juga akan mencakup pemeliharaan pejuang Suriah di Libya, yang dilaporkan dibayar $700 per bulan.
Ada juga laporan yang muncul bahwa Moskow merekrut pejuang dan tentara bayaran Suriah untuk berperang di pihaknya di Ukraina, terutama untuk menggunakan pengalaman mereka dalam pertempuran jarak dekat di kota. Laporan oleh Suwayda 24, bagaimanapun, mengatakan bahwa para pejuang yang kembali dari Libya tidak diberi tawaran untuk dikerahkan ke Ukraina. (haninmazaya/arrahmah.id)