MOSKOW (Arrahmah.id) — Foto-foto dan rekaman video mayat warga sipil di Kota Bucha memicu respons dari berbagai penjuru dunia.
Tuntutan agar Rusia diseret ke pengadilan kejahatan perang pun semakin menguat. Apalagi tentara Rusia yang menguasai kota di pinggiran Kiev ibu kota negara Ukraina itu.
Rusia menyangkal tuduhan bahwa pasukannya membantai warga sipil di Bucha. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding bukti-bukti pembantaian Bucha sebagai “rekayasa provokasi anti-Rusia.” Sedangkan Juru Bicara Istana Kepresidenan Kremlin, Dmitry Peskov mengklaim foto dan rekaman yang beredar memuat “tanda-tanda pemalsuan video dan berbagai kebohongan.”
Otoritas Rusia menerbitkan sederet klaim yang menuduh bukti-bukti pembantaian di Bucha sebagai rekayasa Ukraina. Klaim-klaim tersebut disebarkan ulang akun-akun media sosial pro-Rusia. Akan tetapi, klaim-klaim Rusia itu ramai-ramai dibantah oleh para pakar di bidangnya yang memeriksa fakta di balik foto-foto dan video itu.
Setelah melakukan pemeriksaan fakta, New York Times, BBC, dan Bellingcat menemukan bahwa bukanlah insiden pembantaian yang palsu, melainkan klaim Rusia yang palsu. Berikut sejumlah klaim palsu Rusia yang telah terbantahkan melalui pemeriksaan fakta oleh pakarnya, seperti dikutip dari BBC (4/4/2022):
1. Rusia klaim jenazah palsu karena mayat bergerak
Salah satu rekaman pembantaian di Bucha adalah video yang diambil dari mobil yang bergerak. Video itu menampilkan sejumlah mayat berpakaian sipil di kedua sisi jalan. Kedutaan Rusia di Kanada mencuit bahwa video itu “direkayasa” dan memakai “mayat yang dipalsukan”.
Akun-akun media sosial pro-Rusia pun menyebarkan versi video itu yang diperlambat, sambil membuat klaim bahwa salah satu jenazah menggerakkan tangan. Akan tetapi, analisis yang lebih hati-hati menunjukkan bahwa mayat itu sama sekali tidak bergerak. Sekuens video yang menunjukkan mayat seolah bergerak berasal dari noktah di sudut kanan bawah kaca depan kendaraan.
Menurut analisis BBC, noktah itu terlihat seperti rintik hujan atau setitik kotoran yang terciprat dari jalan.
Dalam fragmen lain video itu, Rusia mengklaim mayat yang terekam melalui kaca spion bergerak. Namun, penampakan itu hanyalah efek distorsi kaca spion yang juga berdampak ke bayangan rumah-rumah di sekitarnya; sebagaimana efek distorsi yang terlihat dalam refleksi kaca spion di bawah ini.
2. Klaim mayat “tidak kaku”
“Kami khususnya khawatir semua mayat yang gambarnya dipublikasikan rezim Kiev tidak kaku setelah setidaknya empat hari,” demikian cuit Kementerian Luar Negeri Rusia.
Moskow berargumen bahwa jika orang-orang itu terbunuh selama pendudukan Rusia, mengapa mayatnya tidak kaku?
Rusia mengklaim pasukannya meninggalkan Bucha pada 30 Maret 2022. Sedangkan Ukraina mengklaim Rusia mundur pada fajar 31 Maret 2022.
Menurut ahli patologi yang diwawancarai BBC, setelah empat hari, rigor mortis (kaku mayat) “biasanya telah berkurang”. Pakar ini pernah terlibat dalam investigasi kejahatan perang di Kosovo dan Rwanda, tetapi enggan identitas jelasnya dibuka.
Rusia juga mengklaim rekaman mayat yang ditampilkan tidak menunjukkan noda mayat (cadaver stains) atau bekas pembunuhan yang jelas. Namun, Moskow enggan mengelaborasi lebih jauh.
Menurut ahli patologi forensik yang berbicara dengan BBC, bekas pembunuhan dari seseorang bisa sangat bervariasi tergantung penyebab kematiannya.
Genangan darah tak mesti muncul secara kentara usai seseorang ditembak. Mengingat mayat-mayat yang ditampilkan banyak yang memakai jaket musim dingin, pakaian itu bisa jadi menyerap darah.
Kulit jenazah pun umumnya berubah kemerahan atau ungu setelah darah berhenti bersirkulasi. Akan tetapi, jika jenazah dipotret dalam kondisi terbaring seperti di Bucha, bekas genangan darah atau perubahan warna kulit kemungkinan tidak terlihat hanya dari foto.
3. Klaim tidak ada warga sipil yang menjadi korban pasukan Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim tidak ada satu pun warga sipil yang menjadi korban kekerasan selama pendudukan pasukan Rusia. Akan tetapi, klaim itu dibantah oleh banyak keterangan saksi mata warga setempat.
Kepada organisasi Human Rights Watch, seorang guru di Bucha mengaku melihat lima orang dijejerkan Rusia dan dieksekusi.
Kristina, seorang warga Bucha yang diwawancara The Insider pun memberi kesaksian serupa. Menurutnya, warga akan “ditembak jika meninggalkan rumah.” Warga Bucha menuduh Rusia mengeksekusi pria tak bersenjata karena curiga mereka pernah bertempur melawan separatis Donbass atau sekadar “memiliki tato lambang nasional Ukraina.”
Rusia juga mengklaim mayat-mayat di Bucha baru ada setelah pasukan Ukraina merebut daerah itu. Namun, menurut citra satelit Maxar Technologies, mayat-mayat itu telah dibiarkan di tempat terbuka selama beberapa pekan.
Maxar merilis citra satelit di Bucha dari tanggal 19 Maret yang menunjukkan mayat-mayat terbaring di jalanan. Lokasi mayat-mayat itu dikonfirmasi sesuai dalam rekaman video.
4. Foto-foto satelit jadi pembuktian
Foto-foto satelit yang dirilis pada Senin (4/4) tampak membantah pernyataan Rusia, bahwa mayat dengan pakaian sipil yang ditemukan di Bucha muncul di sana setelah pasukan Rusia mundur dari kota Ukraina yang hancur.
Citra satelit pertengahan Maret dari jalan Bucha tampaknya menunjukkan beberapa mayat warga sipil tergeletak mati di dalam atau di luar jalan, di mana pejabat Ukraina baru-baru ini mengatakan mereka menemukan banyak mayat setelah pasukan Rusia mundur.
“Citra satelit Maxar beresolusi tinggi yang dikumpulkan di Bucha Ukraina (barat laut Kyiv) memverifikasi dan menguatkan video dan foto media sosial baru-baru ini, yang mengungkapkan mayat tergeletak di jalan-jalan dan ditinggalkan di tempat terbuka selama berminggu-minggu,” kata juru bicara Maxar Technologies Stephen Wood (4/4) dalam sebuah pernyataan.
The New York Times menerbitkan analisis yang lebih terliti dari jalan Yablonska Bucha, dan menyimpulkan – setelah membandingkannya dengan rekaman video dari 1 dan 2 April, yang menunjukkan mayat di sepanjang jalan.
Analis citra satelit dan temuan menunjukkan banyak mayat yang telah ada di sana setidaknya sejak tiga minggu lalu, ketika pasukan Rusia menguasai kota.
Fotografer AFP memasuki Bucha, barat laut Kyiv, pada Sabtu (2/4) dan secara langsung mengonfirmasi keberadaan sekitar 20 mayat, — semuanya berpakaian sipil, beberapa dengan tangan terikat.
Gambar-gambar itu telah memicu kemarahan global, dan tuduhan kejahatan perang. (hanoum/arrahmah.id)