MOSKOW (Arrahmah.id) — Anggota elit Korps Komando Tentara Nasional Afghanistan, mendapat tawaran menggiurkan untuk bertempur bersama militer Rusia di Ukraina. Pengalaman bertempur bersama satuan elite Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) selama lebih dari 20 tahun, diklaim mampu memberi perbedaan besar di medan perang Ukraina.
Dilansir Foreign Policy (25/10/2022), sekitar 20.000 hingga 30.000 anggota pasukan khusus Afghanistan ditinggalkan pasukan militer AS, saat Taliban merebut kembali negara pecahan Uni Soviet itu pada Agustus 2021.
Hanya ada beberapa orang perwira senior militer Afghanistan yang dievakuasi oleh AS, saat pemerintahan runtuh.
Ribuan tentara melarikan diri ke tetangga regional saat Taliban memburu dan membunuh loyalis pemerintah.
Banyak dari pasukan komando yang tetap berada di Afghanistan bersembunyi untuk menghindari penangkapan dan eksekusi.
Pasukan Korps Komando Tentara Nasional Afghanistan dibentuk oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat AS yang lebih dikenal dengan Green Berets, atau Baret Hijau, pada 2010. Tentara Afghanistan yang akan bergabung dengan satuan elite tersebut, harus menjalani pendidikan berat selama enam bulan.
Selama pendidikan, tentara Afghanistan tak hanya ditempa personel Baret Hijau saja. Anggota pasukan elite Angkatan Laut AS, Navy SEAL dan Special Air Service (SAS) Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris, juga jadi instruktur saat menggembleng para prajurit Afghanistan. Amerika Serikat kabarnya menghabiskan hampir $90 miliar, atau setara dengan Rp1.403 triliun (kurs saat ini), untuk membangun Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan.
“Sekarang, mereka menganggur dan putus asa. Banyak (prajurit) komando masih menunggu pemukiman kembali di Amerika Serikat atau Inggris,” ujar mantan pejabat senior keamanan Afghanistan yang identitasnya dirahasiakan, dikutip dari Foreign Policy.
“Ini menjadikan mereka sasaran empuk bagi perekrut yang memahami mentalitas “kelompok saudara” dari para pejuang yang sangat terampil. Ini berpotensi membuat mereka menjadi pilihan mudah bagi perekrut Rusia,” katanya.
Lebih lanjut mantan pejabat militer Afghanistan itu juga meyakini, dengan kualitas individu dan kesatuan yang dimiliki, para anggota Korps Komando Tentara Nasional Afghanistan mampu membawa Rusia menuju kemenangan perang.
“Integrasi mereka ke dalam militer Rusia akan menjadi pengubah permainan di medan perang Ukraina, saat Presiden Rusia Vladimir Putin berjuang untuk merekrut pasukan bagi perangnya yang goyah. (Rusia) dilaporkan menggunakan tentara bayaran yang terkenal kejam dari Grup Wagner,” ucap pejabat itu melanjutkan.
Seorang mantan perwira komando Afghanistan meyakini jika Wagner berada di belakang perekrutan pasukan khusus Afghanistan oleh Rusia.
Personel satuan elite yang juga disembunyikan identitasnya, memastikan perekrutan pasukan khusus Afghanistan dilakukan Grup Wagner, dan bukan secara resmi oleh Angkatan Bersenjata Rusia (VSRF).
“Saya memberi tahu Anda [para perekrut] adalah Grup Wagner. Mereka mengumpulkan orang-orang dari segala penjuru. Satu-satunya entitas yang merekrut pasukan asing adalah Grup Wagner, bukan tentara mereka. Ini bukan asumsi, dan itu fakta yang diketahui,” ujat perwira pasukan khusus Afghanistan
“Mereka akan lebih baik digunakan oleh sekutu Barat untuk bertarung bersama Ukraina. Mereka tidak ingin berjuang untuk Rusia, (karena) Rusia adalah musuh. Tapi apa lagi yang akan mereka lakukan?” katanya. (hanoum/arrahmah.id)