ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu mitranya dari Pakistan di Islamabad, Rabu (7/4/2021). Keduanya membicarakan proses perdamaian Afghanistan yang mandek.
Kunjungan itu pertama kalinya dilakukan oleh seorang menlu Rusia dalam sembilan tahun terakhir, dan terjadi di saat sensitif bagi Afghanistan karena pembicaraan damai hanya mencatat kemajuan kecil. Sementara Amerika Serikat (AS) telah menetapkan tenggat waktu untuk menarik pasukannya dari negara itu.
“(Pakistan dan Rusia) berbagi posisi yang sama dalam beberapa isu, termasuk perdamaian dan stabilitas di Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmoud Qureshi di Twitter, seperti dilansir VOA News (7/4).
Kedua menteri juga membahas hubungan ekonomi, energi, dan kerja sama kontra terorisme, dan kemajuan proyek pipa gas besar.
Pada 1980-an, Pakistan dan AS adalah pendukung utama pejuang Islam yang berperang menduduki pasukan Soviet di Afghanistan. Sekarang, Rusia prihatin tentang ketidakstabilan Afghanistan yang meluas ke Asia tengah karena AS berusaha melepaskan diri dari perang di Afghanistan melawan Taliban.
Rusia menjadi tuan rumah konferensi internasional tentang Afghanistan di Moskow bulan lalu. Para peserta, termasuk AS, Cina dan Pakistan, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pihak Afghanistan yang bertikai untuk mencapai kesepakatan damai dan menahan kekerasan.
“Perhatian bersama (kami) adalah situasi di Afghanistan,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan pada Rabu, tentang kunjungan Lavrov ke Pakistan.
“Kami menantikan temuan awal dari solusi konstruktif untuk mengakhiri perang saudara di Republik Islam Afghanistan melalui kesepakatan tentang pembentukan pemerintahan inklusif dengan partisipasi gerakan Taliban,” demikian keterangan tersebut.
AS menandatangani perjanjian dengan Taliban tahun lalu yang mengizinkannya untuk menarik pasukannya dengan imbalan jaminan Taliban untuk mencegah terorisme internasional. Namun pertempuran antara pemerintah Afghanistan yang didukung AS dan Taliban masih berkecamuk.
Berdasarkan kesepakatan, tenggat waktu penarikan pasukan AS pada 1 Mei. Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan tenggat waktu itu akan sulit dipenuhi. (hanoum/arrahmah.com)