MOSKOW (Arrahmah.id) – Pihak berwenang Rusia pada Sabtu (24/9/2022) menahan lebih dari 700 orang dalam protes menentang mobilisasi parsial yang diperintahkan pekan ini oleh Presiden Vladimir Putin, menurut kelompok pemantau independen OVD-Info.
Kelompok pemantau polisi menghitung setidaknya 726 orang ditahan di 32 kota di seluruh Rusia, hampir setengah dari mereka di Moskow, dalam aksi unjuk rasa menyusul mobilisasi parsial yang dirancang untuk mendukung operasi Rusia di Ukraina.
Ada kehadiran polisi dalam jumlah besar di daerah pusat Chistye Prudy di Moskow, seorang wartawan AFP menyaksikan.
AFP melihat polisi menahan sekitar 20 orang.
“Kami bukan umpan meriam!” teriak seorang wanita, sementara petugas polisi membawanya pergi.
Di kota terbesar kedua di Rusia, Saint Petersburg, AFP melaporkan telah melihat sebuah mobil polisi dengan sekitar 30 tahanan.
Para pengunjuk rasa di Saint Petersburg juga berusaha untuk diam-diam, polisi menyapu siapa pun yang dianggap tersangka.
Ilya Frolov (22), memegang papan bertuliskan “damai.”
“Saya ingin menyuarakan penentangan saya terhadap apa yang terjadi… Saya tidak ingin berperang demi Putin,” katanya.
“Saya menentang perang, dan menentang mobilisasi,” kata Natalya Dubova yang berusia 70 tahun.
Setelah Putin mengumumkan mobilisasi parsial pada Rabu, pihak berwenang Rusia menahan lebih dari 1.300 orang.
AFP berbicara dengan beberapa dari mereka, yang mengatakan polisi memberi mereka surat panggilan dalam tahanan – memerintahkan mereka untuk mendaftar di tentara yang mereka kecam.
Kremlin membela prosedur pada Kamis, dengan mengatakan “itu tidak melanggar hukum.”
Pihak berwenang Rusia telah menindak kritik terhadap operasi militer di Ukraina, menangkap ribuan pengunjuk rasa sejak awal konflik pada Februari.
Pada protes Sabtu di Saint Petersburg, petugas polisi mengatakan melalui megafon bahwa pengunjuk rasa “melanggar aturan covid.”
Tetapi pada Jumat, ratusan orang berkumpul tanpa henti di Moskow dan di Saint Petersburg, untuk menunjukkan dukungan terhadap serangan dan pencaplokan wilayah yang dikuasai Rusia. (haninmazaya/arrahmah.id)